REPUBLIKA.CO.ID, Makassar—Aksi pelemparan bom molotov kepada lima gereja yang mewarnai Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) sepekan terakhir dikhawatirkan dampaknya oleh sejumlah pihak.
Masyarakat Makassar cemas kejadian tersebut membuat kota mereka menjadi wilayah pertikaian antar umat beragama. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar, Mustamin Arsyad mengatakan, letak Makassar yang tak jauh dari Poso dan Ambon yang pernah mengalami konflik serupa juga menjadi soal. M
Bila Makassar terus dirongrong, masyarakat takut perpecahan antar umat beragama pun akan terjadi seperti yang dialami masyarakat Poso dan Ambon
Untuk itulah, Mustamin, yang juga ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Makassar menggelar pertemuan untuk membahas dalam hal ini.
“Dalam pertemuan ini, khususnya kepada umat Nasrani kami sudah konsolidasikan agar hal buruk seperti lanjutan atau mungkin balasan jangan sampai terjadi,” kata dia saat dihubungi Republika Kamis (14/2).
Dirinya berujar, sudah menjadi rahasia umum bila terjadi insiden semacama ini sebenarnya masyarakat akan mengarahkan telunjuknya kemana. Pasalnya menurut dia, setiap kali gereja dirusak, para pelakunya kemudian akan mengaku diri sebagai golongan ekstrimis suatu agama yang kerap bergesekan dengan Nasrani.
Maka dari itu, demi meredam segala kemungkinan terburuk, ia bersama MUI akan segera melakukan pengumuman. Dia berujar, MUI akan memberikan informasi kencang bahwa Islam tak pernah mengajarkan tabiat kekerasan pada umatnya.
Ia priabdi amat menyayangkan aksi oknum kaum militan ini yang seolah ingin mengadu domba Islam dengan Kristen. “Makassar dibangun oleh beragam etnis dan agama yang saling menyayangi. Janganlah sampai ada yang merusak. Kami akan lawan setiap upaya semacam ini,” tegas dia.