Kamis 14 Feb 2013 22:50 WIB

MUI: Ekstremis Ingin Unjuk Gigi di Makassar

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Aksi pelemparan bom molotov (ilustrasi)
Aksi pelemparan bom molotov (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Lima gereja di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dihantam bom Molotov dalam rentan waktu empat hari. Sontak, kejadian beruntun menimbulkan kekhawatiran masyarakat Makassar.

 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar, Mustamin Arsyad mengaku insiden yang terjadi pada Ahad (10/2) dan Kamis (14/2) ini rawan menimbulkan keretakan umat muslim dan nasrani.

 

Dirinya berujar, dari rapat yang ia hadiri dengan sejumlah tokoh agama dan jajaran Polda Sulsel, pelemparan bom molotov ini ditafsiri beragam.

 

Dari mulai indikasi adanya keterkaitan dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilakada) Sulsel kemarin, hingga ulah garis keras suatu agama di Makassar.

 

“Ada yang bilang salah satu gereja yang dilempar bom ini adalah basis massa pendukung suatu kandidat pada Pilkada Sulsel beberapa waktu lalu, tapi kemungkinan ini ditampik,” kata dia saat dihubungi Republika Kamis (14/2).

 

Mustamin mengatakan, dari hasil investigasi kepolisian, kemungkinan pertama ini ditampik karena empat gereja lainnya yang dibom tidak seperti yang dicurigai. Kemudian probabilitas pun mengerucut pada kemungkinan kedua.

 

Pada asumsi yang kedua ini, Mustamin justru tak menampik adanya ulah upaya kelompok yang kadung dikenal sebagai garis keras dari suatu agama di Makassar.

 

Ia mengatakan, masyarakat setempat sangat menyadari adanya kelompok militan yang mengaku diri memperjuangkan suatu agama dalam setiap aksi terornya. Mustamin berujar, bila kelompok teroris ini memang benar ingin membuat teror yang merusak stabilitas Makassar, pelemparan molotov bukanlah pilihan. "Mereka pasti gunakan bom berdaya ledak tinggi," ujarnya.

 

Meski tak mermehkan aksi tersebut,  Mustamin menganggap pelemparan bom ini ulah iseng belaka. Menurut dia, para ektremis ini hanya ingin menunjukan gigi ke seluruh pihak bahwa eksistensi mereka masih menancap di Makassar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement