REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa tragis yang menewaskan Annisa Azward, mahasiswi UI yang lompat dari angkot yang diduga akan menculiknya, dinilai karena ulah sopir angkot (angkutan kota) yang kerap seenaknya.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Soedirman mengatakan perlu ada pelatihan untuk meningkatkan profesionalitas sopir untuk menghindari terulangnya kejadian serupa.
"Jujur saya sampaikan selama ini belum pernah ada pelatihan bagi supir. Makanya mereka tidak profesional dan hanya fokus pada kejar setoran," ujar Soedirman ketika berbincang dengan Republika, Selasa (12/2).
Menurut dia, selama ini supir hanya dibekali dengan Surat Izin Mengemudi (SIM), namun sama sekali tidak pernah dididik untuk menjadi supir yang profesional. Karena itu, lanjut Soedirman, seluruh supir harusnya diwajibkan mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi resmi.
Ia bahkan menyatakan kesanggupannya bila Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memerintahkan Organda memberikan pelatihan sertifikasi tersebut. "Kami siap lakukan sertifikasi dari angkot sampai bus," tegas dia.
Lebih lanjut ia mengatakan, banyak hal yang menyebabkan angkutan umum tidak bisa memberikan layanan yang maksimal pada masyarakat. Salah satu penyebabnya, menurut dia, karena tidak adanya regulator yang jelas.
"Sopir angkot U10 kan diduga ada indikasi keluar dari jalur trayek. Izin trayek kan dikeluarkan oleh Dishub (Dinas Perhubungan), nah disini siapa yang bertugas mengawasi trayek itu?" ujar dia.
Sebelumnya, seorang mahasiswi jurusan keperawatan UI, Annisa Azward (20 tahun) tewas setelah loncat dari angkot yang dia pikir akan menculiknya. Supir angkot yang diketahui bernama Jamal tersebut membawa Annisa ke luar jalur yang seharusnya dan menolak menurunkan dia.