REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari CSIS J Kristiadi mengatakan bahwa masalah korupsi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan, mengingat salah satu Parpol (PKS) yang selama ini dianggap bersih ternyata juga tidak terlepas dari persoalan itu.
"Kondisi ini sudah sangat mengkhawatirkan. PKS yang selama ini menjadi tolok ukur sebagai partai bersih, juga sudah tersandung kasus dugaan korupsi," kata J Kristiadi pada diskusi "Konflik Kepentingan pada Pemberantasan Korupsi", di Jakarta, Minggu.
Hal itu ia ungkapkan terkait penangkapan Luthfi Hasan Ishak (mantan Presiden PKS) yang ditetapkan sebagai tersangka pada kasus dugaan suap menjukkan batas ambang korupsi sudah berada diambang batas.
Kristiadi menjelaskan, praktik korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas hingga tuntas karena sistem di Indonesia memungkin semua orang melakukan praktik korupsi.
Pada dasarnya, kata dia, manusia ada dua tipe yakni amanah dan serakah, tapi dengan sistem politik yang longgar bisa menggoda manusia yang amanah menjadi serakah.
Kristiadi mengimbau, agar negara segera memperbaiki sistem politik untuk meminimalisir praktik korupsi.
"Jika sistem politiknya tidak diperbaiki, maka praktik korupsi akan berjalan terus. Elite partai politik pun akan secara bergiliran terjerat kasus korupsi," katanya.
Kristiadi mencontohkan, perbaikan sistem politik dengan cara membuat aturan mengenai transparansi anggaran partai politik, sehingga anggaran masuk dan keluar menjadi jelas dan transparan.
"Anggaran masuk dari sumber apa dan keluar untuk belanja apa menjadi transparan, sehingga tidak muncul asumsi-asumsi," katanya.
Menurut Kristiadi, persoalan yang dihadapi mantan Presiden PKS, sudah lebih dulu dialami oleh elite politik dari partai politik lainnya.
"Terus terang, saya kaget mengetahui Presiden PKS ditangkap karena kasus dugaan suap," katanya.
Ia menyarankan, agar PKS segera bangkit dengan memperbaiki sistem di internal partai, seperti transparansi keuangan dan kinerja partai.
PKS, menurut dia, harus segera memulihkan dan memperbaiki citra partai, karena kasus yang menimpa mantan Presiden PKS ini tidak hanya membuat kecewa pengurus partai, tapi juga rakyat Indonesia yang menjadi kader dan simpatisannya.