REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU, Moh Hasan menilai, dam natural Wae Ela di Desa Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, merupakan dam alami yang terbesar di Indonesia.
"Dam Wai Ela merupakan yang terbesar dari semua dam atau waduk yang terbentuk secara alamiah di Tanah Air, bahkan di Asia juga tidak ada yang sebesar ini," katanya di Ambon, Maluku, Ahad (3/2).
Ia mengemukakan hal itu saat melakukan kunjungan kerja di Ambon untuk menyaksikan simulasi tanggap darurat bencana penanganan bencana serta meninjau dan melihat kondisi 'waduk' alamiah yang terbentuk akibat runtuhnya material gunung ULakhatu di Negeri Lima hingga menutupi Sungai Wai Ela pada 13 Juli 2012.
Kondisi natural dam Wai Ela dengan debit air tertampung saat ini lebih dari 16 juta meterkubik itu membutuhkan penanganan serius dan segera guna mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana lebih besar dan menimbulkan banyak korban jiwa.
"Bayangkan saja dengan volume air lebih dari 16 juta meterkubik jika jebol maka hanya dalam waktu hanya empat hingga tujuh menit saja seluruh bangunan dan fasilitas di Desa Negeri Lima sudah rata dengan tanah dan airnya telah mencapai hilir sungai atau laut," bebernya.
Apalagi dengan ketinggian muka air dari dasar 'waduk' alamiah yang mencapai 250 meter tersebut, pasti mempunyai tekanan sangat besar untuk menghancurkan lingkungan sekitar serta merobohkan apa saja yang dilewati.
"Tanggul Situ Gintung yang hanya memiliki 600 ribu meter kubik air, saat bobol pada Maret 2009 menyebabkan kerusakan sangat besar dan parah," katanya.
Apalagi, katanya, dam natural Wai Ela yang menampung jutaan meter kubik air dengan ketinggian hingga 250 meter. "Pasti implikasi kerusakannya jauh lebih besar lagi," tegasnya.
Dia menegaskan, Pemerintah Pusat melalui Kementerian PU sangat serius dan bertindak secepat mungkin untuk menangani waduk buatan alam di Negeri Lima tersebut, sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran masyarakat sekitar serta mencegah kemungkinan bobol dan menimbulkan korban jiwa, saat memasuki musim hujan.
Hal terpenting, katanya, kesiapan dan kesigapan satuan tugas (satgas) tanggap darurat untuk bertidak di lapangan, serta sosialisasi secara terus-menerus dibarengi dengan simulasi yang melibatkan seluruh masyarakat di sekitar lokasi bencana, agar mereka siap dan cepat bertindak jika terjadi bencana alam.
"Kewaspadaan satgas tanggap darurat bencana termasuk warga di sekitar lokasi dan Wai Ela sangat diperlukan untuk mengantisipasi dan mewaspadai berbagai kemungkinan, di samping doa dan sikir 4.800 jiwa warga Desa Negeri Lima agar dihindarkan dari bencana alam," ujarnya.
Longsoran material gunung Ulakhatu di Negeri Lima menutupi sungai Wai Ela sehingga airnya tidak bisa keluar dan tertampung serta membentuk 'waduk' raksasa di bagian hulu.
Berdasarkan hasil pengukuran tim Ditjen SDA Kementerian PU, ketinggian air dari dasar waduk mencapai 250 meter dengan volume air yang tertampung lebih dari 16 juta meter kubik, dan akan terus bertambah di musim hujan.
Terbentuknya natural dam tersebut membuat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkannya dalam status darurat siaga.
Berdasarkan koordinasi dengan pemprov Maluku, Pemkab Maluku Tengah, dinas teknis serta Balai Wilayah Sungai Maluku, diputuskan untuk merelokasi warga Desa Negeri Lima, di samping melaksanakan simulasi terencana guna mempersiapkan masyarakat setempat.