Kamis 31 Jan 2013 14:08 WIB

Tiga Tipe Mahasiswa di Kampus

Gabungan pelajar dan mahasiswa se-Jabodetabek menggelar aksi damai dalam upaya menumbuhkan kembali benih perdamaian dan persatuan di antara sesama pemuda Indonesia.
Foto: Antara/Reno Esnir
Gabungan pelajar dan mahasiswa se-Jabodetabek menggelar aksi damai dalam upaya menumbuhkan kembali benih perdamaian dan persatuan di antara sesama pemuda Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Adnan*

Mahasiswa adalah kunci peradaban. Tampuk kepemimpinan yang akan datang berada di tangan mahasiswa sekarang. Apa yang dilakukan mahasiswa saat ini sangat berpengaruh pada kepemimpinannya kelak. Soekarno pernah mengatakan:”Berikan kepadaku sepuluh pemuda maka akan ku goncangkan dunia ini”.

Darah mahasiswa masih membara, semangat masih menggebu-gebu, mampu mempertahankan prinsip dan idealismenya. Memang mahasiswa harapan agama, bangsa dan negara kelak. Jika ingin melihat keadaan bangsa sekarang, maka lihatlah apa yang terjadi pada mahasiswa dua puluh tahun silam. Jika ingin melihat bangsa dua puluh tahun yang akan datang, maka lihatlah apa yang dilakukan mahasiswa sekarang.

 

Ketika berinjak kaki di dunia kampus, akan kita jumpai beragam corak mahasiswa. Ada mahasiswa yang suka berorganisasi, sebagian yang lain berwirausaha. Ada yang sibuk mempertahankan IPK tinggi tanpa mau menghiraukan problem yang ada disekitarnya. Bahkan ada mahasiswa yang “laloe” hanya untuk menghabiskan uang orangtua. Laloe dengan pacaran, nongkrong di warung, show sana-sini. Begitulah keadaan dunia kampus bila kita amati dengan seksama.

Ketika penulis berdiskusi dengan mahasiswa Universitas Airlangga, kami menyimpulkan ada tiga tipe mahasiswa di dunia kampus:

Kupu-kupu

Kupu-kupu singkatan dari Kuliah pulang-kuliah pulang. Banyak mahasiswa yang akan kita temukan di kampus bercorak kupu-kupu. Mereka hanya mengejar IPK tinggi, rajin kuliah, kuliah tidak pernah absen namun mereka tidak mau mempersoalkan masalah yang dihadapi bangsa saat ini.

Kepekaan mereka terhadap persoalan umat menjadi simpang-siur. Buktinya, mereka tidak mau bergabung dengan organisasi apapun dengan beragam alasan. Mereka menyangka ketika masuk ke dunia organisasi waktu akan terkuras sehingga IPK akan turun. Mereka masih berfikir pragmatis, untuk apa berorganisasi padahal tidak di gaji. Memang benar organisasi tidak pernah menggaji anggotanya, namun pengalaman-pengalaman yang kita dapatkan di organisasi sangat menunjang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depan.

Maka setelah jam kuliah selesai mereka pulang ke rumah, ke kost atau ke kontrakan masing-masing dengan tanpa ada aktivitas yang bermanfaat. Ketika di rumah sibuk dengan game, tidur, atau show kesana kemari hanya untuk membuang waktu luang dengan sia-sia. 

Dengan demikian, kita akan melihat mahasiswa yang bercorak kupu-kupu ketinggalan informasi. Masalah bangsa tidak mereka ketahui, persoalan birokrasi mereka hindari. Sehingga hidup mahasiswa kupu-kupu mengalir bagaikan air. Entah mengalir kemana mereka tidak menghiraukan. Mau mengalir lam laot,lam parek atau lam blang tidak mereka persoalkan. Yang mereka persoalkan adalah IPK tinggi.

Kunang-kunang

Kunang-kunang singkatan dari Kuliah nongkrong-kuliah nongkrong. Tipe kunang-kunang tidak jauh beda dengan kupu-kupu. Yang membedakan dari tipe ini adalah, jika tipe kupu-kupu pulang ke rumah namun tipe kunang-kunang hanya nongkrong dengan kelompoknya.

Maka kita akan melihat mahasiswa setelah jam kuliah selesai, keude kupi punoh, warung-warung dipadati mahasiswa, kantin-kantin pun tak ketinggalan. Di tempat-tempat itulah tipe mahasiswa kunang-kunang menghabiskan waktu dengan sia-sia. Tugas mereka hanya gosip, merokok, menghambur-hamburkan kesempatan muda.

Hidup hedonis seperti ini melanda sebagian besar mahasiswa. Budaya konsumerisme menjadi trend mahasiswa. Mal-mal penuh dengan beragam mahasiswa, mereka lebih memprioritas waktu luang dengan mondar-mandir dibandingkan menghabiskan waktu untuk kepentingan orang banyak. Tipe mahasiswa seperti ini biasanya lebih mementingkan diri, sikap apatis terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi orang banyak.

Kura-kura

Kura-kura singkatan dari Kuliah rapat-kuliah rapat. Tipe kura-kura hanya dimiliki oleh mahasiswa yang mementingkan kuliah dan tidak melupakan organisasi. Mereka mengisi waktu luang dengan bermacam rapat oraganisasi, diskusi tentang issue masyarakat hingga perpolitikan baik tingkat daerah maupun nasional.

Tipe mahasiswa ini tidak terbuang waktu dengan sia-sia. Mereka berani mencurahkan segala tenaga untuk mendapatkan IPK tinggi dan sekaligus pengalaman terbaik dalam organisasi. Maka tak heran, biasanya tipe kura-kura adalah mahasiswa tersibuk di kampus.

Pada hakikatnya, tipe yang berciri khas mahasiswa adalah kura-kura alias kuliah rapat-kuliah rapat. Mereka akan mendapatkan dua ilmu yaitu hard skill dan soft skill. Hard skill akan didapatkan mahasiswa di kelas dan ruang belajar, sedangkan soft skill akan didapatkan mahasiswa di organisasi. Maka pentinglah organisasi bagi mahasiswa.

Ketika menghadapi lapangan kerja, maka tipe mahasiswa kupu-kupu dan kunang-kunang tidak akan bisa bersaing. Mereka hanya mengandalkan IPK sedangkan soft skill tidak mereka miliki. Namun sungguh beruntung mahasiswa tipe kura-kura yang mampu bersaing, karena disamping berkemampuan hard skill (IPK bagus) mereka juga memiliki kemampuan soft skill.

Kenapa kura-kura? Karena mahasiswa tipe kura-kura mampu memenej, mampu memimpin, mampu berinteraksi dengan siapapun. Kemampuan tersebut telah dipupuk sejak dibangku kuliah. Sehingga apa yang didapatkan di dunia kampus dengan sendirinya akan nampak ketika terjun ke lapangan kerja.

Oleh karenanya, mahasiswa yang dibutuhkan masyarakat ke depan tidak hanya berkemampuan akademik namun juga memiliki kemampuan non-akademik. Kemampuan melobi, kemampuan berinteraksi, kemampuan memimpin alias soft skill. Hal itu semua hanya didapatkan di organisasi. Ayo para mahasiswa kita baktikan diri dalam organisasi, kembangkan bakat dan potensi yang kita miliki hingga kita menjadi organisator yang bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

*Penulis: Mahasiswa Komunikasi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement