Rabu 30 Jan 2013 08:11 WIB

Pengetahuan HIV-AIDS akan Masuk ke Kurikulum SMA

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Dewi Mardiani
HIV/AIDS. Ilustrasi
Foto: .
HIV/AIDS. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus HIV-AIDS di DIY terbanyak pada usia produktif, yakni pada golongan usia 20-29 tahun. Padahal masa inkubasi HIV itu 5-10 tahun, sehingga kemungkinan mereka pertama kali terpapar HIV pada waktu SMA/mahasiswa.

Untuk itu, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DIY tahun 2013 ini akan melakukan kerja sama dengan Kanwil Kementerian Agama DIY untuk memberikan pembelajaran materi HIV-AIDS pada guru-guru olah raga dan Kesehatan (Orkes) di madrasah.

Sedangkan tahun 2012, KPA DIY sudah  bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Olahraga kabupaten/kota se-DIY untuk memberikan pembelajaran materi HIV-AIDS pada guru-guru Orkes di SMA/SMK.

Karena, lanjut dia, di dalam MDGs (Milenium Development Goals) disebutkan bahwa sekitar 80 persen pelajar (usia 14-25 tahun) harus terpapar informasi tentang HIV-AIDS.

''Karena itu kami harus melakukan kerjasama dengan Disdikpora dan Kanwil Kementerian Agama DIY untuk memberikan materi pembelajaran HIV-AIDS. anak-anak SMA/SMK/MA  berada dibawah kedua lembaga tersebut,'' kata Riswanto, Rabu (30/1).

Data Kasus HIV-AIDS di DIY per Juni 2012  menunjukkan ada 1.797 kasus (761 kasus AIDS dan 1036 kasus HIV). Dilihat dari usia menunjukkan bahwa kasus tertinggi di golongan usia 20-29 tahun, yakni sebanyak 653 kasus (249 kasus AIDS dan 404 HIV).

Sementara itu kalau dilihat per kabupaten/kota se DIY kasus tertinggi berturut-turut adalah: Kota Yogyakarta (535 kasus), Sleman (406 kasus),  Bantul (312 kasus), Kulonprogo (94 kasus) dan Gunungkidul (61 kasus).

Lebih lanjut Riswanto mengatakan kasus HIV-AIDS di kota Yogyakarta tertinggi, tetapi kebanyakan sekolah SMA di kota Yogyakarta belum memasukkan kesehatan reproduksi (kespro) dalam ekstrakuler, karena guru masih menganggap tabu. Sementara SMA di kabupaten se DIY (Sleman, Bantul, Kulonprogo dan Gunungkidul) sudah memasukkan kespro ke dalam ekstrakuler. Pengetahaun tentang risiko penularan HIV-AIDS dimasukkan dalam pelajaran kespro.

Diakui Riswanto, tingginya pelajar yang terkena HIV-AIDS karena mereka ketidaktahuan mereka tentang HIV-AIDS dan mereka nekad melakukan hubungan seksual di luar nikah atau menggunakan narkoba jarum suntik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement