REPUBLIKA.CO.ID,SOREANG -- Virus yang menyebakan kematian bebek di Kabupaten Bandung terus menyebar. Akibatnya bebek yang mati terus bertambah. Dinas Peternakan Kabupaten Bandung menduga kematian bebek tersebut akibat perpaduan antara virus H5N1 dengan penyakit tetelo. Peternak bebek pun mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Ketua Kelompok Peternak Mitra Barokah, Desa Sangiang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Asep Wahyudin mengatakan, kematian bebek di kelompoknya mencapai 15 ribu. Jumlah tersebut meningkat lebih dua kali lipat dari tujuh ribu bebek pada akhir Desember. "Virus terus menyebar dan jumlah bebek yang mati terus bertambah. Bahkan lebih dari dua kali lipat kematiannya," ujarnya kepada ROL, Selasa (29/1).
Asep menuturkan, sebelum mati, bebek mengalami penyakit dengan gejala yang aneh. Bebek mengalami kejang-kejang dan leher tertarik ke belakang. Setelah itu bebek terbaring kejang-kejang dan mati. "Kalau dilihat aneh gejalanya. Hampir semua bebek yang diternak mengalami gejala seperti itu. Seperti ternak punya saya sebanyak 2.500 bebek, sekitar 2.000 bebek mengalami hal seperti itu. Kemudian mati menggelepar," katanya.
Ia mengatakan, kerugian akibat kematian ribuan bebek tersebut mencapai Rp 35 juta. Sedangkan para peternak yang lain mengalami kerugian beragam, tergantung dengan jumlah ternaknya. Padahal bebek yang mati rata-rata adalah bebek yang sudah siap potong. "Kalau digabungkan dengan peternak yang lain mencapai ratusan juta rupiah kerugiannya. Bebek yang mati itu padahal sudah siap potong. Kami hanya bisa pasrah dan melanjutkan ternak sisa bebek yang masih hidup," katanya.
Sampai saat ini, kata Asep, dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung baru melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada peternak. Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil signifikan, sehingga kematian bebek terus bertambah. "Dari dinas baru ada penyuluhan dan pemeriksaan. Selain itu ada pemberian disinfektan, namun penyebaran masih terus terjadi. Sehingga bebek yang mati terus saja bertambah," katanya.
Kematian bebek pun terus meluas, di Kecamatan Paseh mengalami hal serupa. Kematian bebek di Kecamatan Paseh mencapai sepuluh ribu ekor bebek. Menurut Ketua Kelompok Ternak Bebek Mitra Gemilang, Kecamatan Paseh, Enjang Rohidiat mengatakan, penanganan dari pemerintah telat, sehingga virus yang menyebabkan bebek mati meluas. "Di tempat kami ada 44 peternak bebek. Kerugian akibat matinya bebek mencapai Rp 150 juta. Kami minta pemerintah serius menangani masalah ini," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung, Euis Rohayani mengatakan, kematian ribuan bebek yang mati di Kabupaten Bandung diduga akibat perpaduan virus H5N1 dengan penyakit tetelo. Pihaknya saat ini sedang mengambil sampel kematian bebek dan akan melakukan pemeriksaan di laboratorium.