REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI— - Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi masih terkendala. Pasalnya, hingga kini upaya pembebasan lahan lokasi PPS masih terhambat.
Saat ini status Palabuhanratu hanya sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN). Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2006 menyebutkan, pelabuhan perikanan terbagi menjadi empat kategori, yaitu pangkalan pendaratan ikan (PPI), pelabuhan perikanan pantai (PPP), PPN, dan PPS.
‘’Kami minta presiden turun membantu upaya pembebasan lahan,’’ ujar Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, Badri Suhendi, kepada wartawan, Kamis (24/1). Lahan yang akan dibebaskan merupakan milik Pertamina di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pembebasan lahan milik Pertamina itu, terang Badri, merupakan pintu masuk pembangunan PPS Palabuhanratu. Sehingga proses pembangunan PPS akan semakin cepat dan dilakukan sesuai dengan jadwal.
Terlebih, kata Badri, warga Palabuhanratu sangat berharap naiknya status Palabuhanratu dari PPN menjadi PPS. Hal ini akan berdampak positif pada majunya sektor perikanan dan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah.
Selama ini, ujar Badri, proses ekspor ikan laut dari Sukabumi harus melalui Jakarta. Ke depan, jika PPS sudah jadi dibangun maka kegiatan ekspor bisa langsung dilakukan dari Sukabumi.
Kini, kata Badri, upaya ekspor ikan seperti tuna ke Jepang mulai secara bertahap dilakukan di Sukabumi. Contohnya pemaketan ikan tuna yang sebelumnya dilakukan di Jakarta saat ini sudah dilakukan di Palabuhanratu.
Langkah tersebut dilakukan karena kegiatan pemaketan ikan di Jakarta tidak bisa dilakukan karena terhambat bencana banjir.Ditambahkan Badri, pelabuhan yang ada yakni dermaga satu dan dermaga dua Palabuhanratu sudah overkapasitas.
Oleh karenanya di Palabuhanratu dibutuhkan pelabuhan yang baru.Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), Arief Rahman Lamatta menerangkan, pemerintah pusat menargetkan pembangunan PPS dimulai awal 2014 mendatang.
Jika sudah dibangun, maka jumlah kapal yang bersandar di Palabuhanratu akan bertambah banyak.Dari data PPNP, terang Arief, saat ini jumlah kapal yang masuk ke Palabuhanratu mulai dari 30 GT sampai 150 GT mencapai sebanyak 847 kapal. Ratusan kapal ini membawa hasil tangkapan ikan.
Arief mengatakan, kondisi cuaca buruk akhir-akhir ini tidak berpengaruh pada nelayan dengan kapal besar. Dampak cuaca buruk hanya berpengaruh pada nelayan rumpon yang kini sama sekali tidak bisa melaut.
Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi menyebutkan, pada 2012 lalu produksi ikan laut realisasinya mencapai 9.258,766 ton atau melebihi dari target yang hanya sebesar 7.104 ton. Pencapaian tersebut belum sesuai dengan potensi sebesar 18 ribu ton per tahun.