Kamis 24 Jan 2013 14:22 WIB

Banjir Hilang, Rejeki Datang

Tanggul bekasi jebol
Foto: Novita
Tanggul bekasi jebol

Oleh Reja Irfa Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, Surutnya banjir tidak meredakan persoalan. Warga masih harus membereskan endapan lumpur yang tersisa di barang dan pakaian.

Warga  Pondok Gede Permai (PGP) dan Villa Nusa Indah, Jatiasih, Bekasi, merasakan hal serupa. Karpet, hingga bed cover, semuanya telah kotor bercampur lumpur sisa banjir.

Bagi warga yang tidak memiliki waktu dan tenaga untuk membersihkan semua barang tersebut, usaha laundry kiloan menjadi pilihan bagi mereka.

Jasa mencuci itu  pun memperoleh "berkah" dari musibah. Adalah Ari (24 tahun), penanggung jawab Satu Laundry mengakui, jumlah orderan meningkat pascabanjir di Jatiasih.

Setiap hari, tokonya yang ada di Villa Nusa Indah 2, Blok S8, No.25, Jatiasih, paling tidak menerima 350 kilo pakaian kotor. Angka ini jauh meningkat dibanding hari biasa, yang hanya 200 kilo.

Bahkan peningkatan paling drastis ada di paket satuan. Kenaikannya hampir 100 persen. Jika pada hari biasa, tokonya hanya menerima 50 potong, namun pasca banjir mereka bisa menerima hampir 100 potong pakaian.

''Untuk satuan kenaikannya bisa sampai 100 persen. Customer mulai banyak datang sejak Jumat kemarin mas. Rata-rata sih orang Villa Nusa Indah sama PGP,'' kata Ari sembari memasukkan tumpukan baju ke dalam plastik, kepada Republika, Kamis (24/1)

Tumpukan pakaian yang telah dipak dalam plastik memang terlihat memenuhi bagian depan toko tersebut. Kantong-kantong plastik berisi pakaian itu berada didalam rak  lemari, dan ada pula yang ditumpuk di lantai.

Tepat di samping lemari itu berjejer lima mesin cuci yang terus berputar. Sementara di sisi lain, ada tiga meja setrika beserta setrika uap di masing-masing meja itu.

Dalam melaksanakan tugasnya, Ari dibantu oleh ketiga rekannya, yang semuanya laki-laki. Tidak ada pembagian tugas yang jelas. Semuanya melakukan tugasnya secara bergotong royong. ''Kami disini kerjanya udah kayak keluarga mas, jadi saling bantu kalo ada kerjaan yang belum beres,'' ujar Ari.

Dalam sebulan, menurut Ari, paling tidak Satu Laundry membutuhkan 40 liter detergen, 20 liter pelembut pakaian, dan satu liter bahan pembersih.

Pelanggan harus membayar enam ribu rupiah dengan minimal orderan dua kilogram. Sementara untuk satuan, harganya bervariasi, yang paling mahal adalah mencuci gaun pengantin, dengan harga 36 ribu rupiah.

Ari pun menceritakan proses pembersihan baju-baju korban banjir itu. Ada tiga tahap, pertama pakaian tersebut akan direndam, kemudian disikat untuk menghilangkan noda lumur, dibilas, baru kemudian dimasukkan ke mesin cuci. '

'Jadinya ada tiga kali proses mas. Kalo yang biasanya cuma direndam, terus langsung masuk mesin cuci,'' katanya. Namun Ari memastikan tidak akan ada kenaikan harga selama pasca banjir.

Meskipun ada peningkatan orderan, namun Ari mengaku bisa mengatasinya tanpa harus menambah jam kerja dari kawan-kawannya. Pasalnya, apabila pakaian sudah dibersihkan, mereka baru akan mengantar ke rumah pelanggan. Sehingga pekerjaannya tidak diburu waktu. ''Lain lagi kalau yang ekspress. Itu biasanya langsung kami kerjain, soalnya kan harus jadi hari itu juga,'' ujarnya.

Ketika ditanya soal peningkatan omzet, Ari menolak memberikan keterangan dengan alasan rahasia perusahaan. Ari pun terlihat bingung saat ditanya tanggapannya mengenai musibah banjir yang membawa keuntungan untuk usahanya ini.

''Di satu sisi, ya seneng mas, soalnya jadi nambah pelanggan. Tapi di sisi lain ya kasihan juga, apalagi bisa dibilang, kami juga korban banjir, soalnya air udah sempet masuk toko. Tapi surutnya juga cepet,'' tutur pria asli Wonogiri itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement