Rabu 23 Jan 2013 21:11 WIB

IPW: Kerusuhan Sumbawa Akibat Polri Lambat Bertindak

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Dewi Mardiani
Ketua Prisidium Indonesian Police Watch, Neta S pane (kiri), mantan pengacara KPK Ahmad Rifai (kanan) berbicara saat diskusi
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ketua Prisidium Indonesian Police Watch, Neta S pane (kiri), mantan pengacara KPK Ahmad Rifai (kanan) berbicara saat diskusi "Apa Kabar 100 Hari KPK" di gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Police Watch (IPW) menilai kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan buntut dari kelalaian kepolisian.

 

Peristiwa yang terjadi pada Selasa (22/1) petang itu dikatakan IPW tak harus sampai terjadi andaikan polisi mampu bertindak cepat. Apalagi kerusuhan ini memiliki keterkaitan langsung dengan aksi seorang oknum polisi di Polres Sumbawa.

 

“Brigadir polisi bernama I Gede Eka Surjana (Iger) ini kan anggota mereka, harusnya polisi bisa lebih mewanti-wanti anggotanya untuk bersikap baik di wilayah tersebut,” kata Presdir, IPW Neta S Pane, Rabu (23/1).

 

Neta mengatakan, alasan ia meminta agar kepolisian di daerah NTB dapat menjaga sikapnya di wilayah tersebut ialah terkait sentimen warga setempat pada kepolisian. Ia menilai, aksi kekerasan yang polisi lakukan terhadap masyarakat NTB di daerah Bima masih belum dapat dilupakan warga.

 

Oleh karenanya, menurut dia, peristiwa di Bima yang terjadi Desember 2011 lalu menjadi memori yang membuat masyarakat setempat ‘anti polisi’. Terlebih, sejak saat itu kerusuhan di wilayah tersebut terus terjadi berulang-ulang dan membuat warga kerap terlibat kontak langsung dengan kepolisian.

 

“Pascakerusuhan Bima, sentimen negatif masyarakat NTB kepada polisi sangatlah tinggi. Seharusnya polisi merasakan hal ini,” ujar dia.

 

Kembali pada titik persoalan yang terjadi kemarin, Neta meminta agar polisi dapat segera mencermati tuntutan warga terkait kematian Arniati.

 

Kematian mahasiswi Universitas Sumbawa yang diketahui merupakan kekasih Iger ini harus segera diusut. Pasalnya, menurut dia, jika kematian Arniati ini tak kunjung diselidiki oleh kepolisian setempat, maka amarah warga yang digerakan oleh keluarga gadis tersebut akan semakin membara.

 

Sebelumnya, kerusuhan pecah di wilayah Sumbawa besar yang berujung pada bentrokan warga. Sebuah pemukiman padat penduduk yang mayoritas dihuni oleh perantau dari Pulau Bali diserang masa pribumi. Sedikitnya 13 rumah, dua toko, hotel, serta pasar tradisional rusak.

Para perantau ini pun kemudian dievakuasi oleh TNI ke tempat yang lebih aman. Amukan masa yang berjumlah hampir dua ratus orang ini bermula tak kala keinginan warga yang meminta polisi mengusut kematian Arniati. Masa curiga Arniati tewas karena dengan banyak tanda kekerasan. Tuduhan pun mengarah pada Iger, anggota Polres Sumbawa yang pada Sabtu (19/1) berkencan dengan Arniati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement