Rabu 23 Jan 2013 14:00 WIB

Parah! Bank dan Developer Indonesia Paling Banyak Dikomplain

Rep: Antara/ Red: Nidia Zuraya
Perumahan Rakyat
Foto: tuanmuda.us
Perumahan Rakyat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan jasa di sektor perbankan dan perumahan masih mendominasi jumlah pengaduan yang masuk dari warga kepada lembaga tersebut sepanjang tahun 2012. "Jumlah pengaduan yang terbanyak adalah dari jasa bank dan perumahan," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (23/1).

Sepanjang 2012, YLKI telah menerima sebanyak 620 jumlah pengaduan. Terdiri atas 145 pengaduan melalui surat langsung, 196 pengaduan melalui surat tembusan, 204 pengaduan melalui email atau surat elektronik, dan 75 pengaduan melalui datang langsung ke YLKI.

Dari jumlah tersebut, menurut Sudaryatmo, YLKI juga telah melakukan tindak lanjut terhadap 385 pengaduan serta melakukan mediasi dengan berbagai pihak terkait sebanyak tujuh kali. Ia memaparkan tren pengaduan konsumen untuk jasa keuangan perbankan cenderung untuk terus meningkat tetapi untuk jasa perumahan dinilai terdapat penurunan tetapi tidak signifikan.

Sementara itu, Peneliti YLKI Yani Arianti Putri mengatakan, jumlah pengaduan yang terkait baik sektor perbankan maupun perumahan adalah mengenai penyesuaian untuk suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). "Banyak yang mengadukan mengapa BI rate (tingkat suku bunga Bank Indonesia) sudah turun tetapi mengapa bunga KPR tidak turun," kata Yani.

Ia juga mengatakan, pengaduan lainnya untuk jasa perbankan antara lain adalah sebanyak 22 pengaduan terkait pembobolan kartu kredit, tujuh pengaduan penutupan kartu kredit yang sulit, enam pengaduan perlakuan "debt collector" yang kasar, dan enam pengaduan pendebetan sepihak tabungan konsumen oleh bank.

Sedangkan untuk sektor perumahan, ujar dia, pengaduan yang masuk antara lain adalah terkait keterlambatan serah terima rumah, sertifikasi, dan pengembalian uang konsumen saat pembatalan pembelian yang tidak sesuai dengan janji yang telah dilontarkan pengembang sebelumnya, masing-masing sebanyak 12 pengaduan.

Berbeda dengan negara lain Sudaryatmo mengatakan, jasa perbankan yang termasuk kerap masuk sebagai jumlah pengaduan terbanyak di Indonesia ternyata tidak serupa dengan yang terjadi di sejumlah negara lain seperti Malaysia dan Hongkong.

Di Malaysia, jasa perbankan atau finansial hanya termasuk ke dalam urutan ketujuh jumlah pengaduan yang masuk ke National Consumer Complaints Center, bahkan di Hongkong pengaduan untuk jasa perbankan dan finansial tidak termasuk ke dalam 10 besar jumlah pengaduan. Indonesia mirip dengan negara berkembang seperti India di mana pengaduan perbankan berada dalam posisi tiga besar dari jumlah pengaduan yang masuk ke dalam National Consumer Helpline India. N

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement