Rabu 23 Jan 2013 08:04 WIB

Pedagang Bakso Malioboro Pasang Stiker Bebas Daging Babi

Rep: Yulianingsih/ Red: M Irwan Ariefyanto
Bakso Babi Kuah (ilustrasi)
Foto: MELTING WORK
Bakso Babi Kuah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Para pedagang bakso di wilayah Malioboro Yogyakarta, rame-rame  memasang stiker bebas daging babi dan formalin di gerobak dagangan mereka. Langkah ini dilakukan menyusul isu daging babi yang merebak di Jakarta dan kota-kota lain akhir-akhir ini.

Penempelan stiker tersebut diawali oleh Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti dan diikuti oleh para pedagang bakso Malioboro. Sedikitnya ada 15 pedagang bakso di sepanjang jalan Malioboro yang melakukan hal itu. Dan 100 pedagang bakso lain di sekitar Malioboro.

Ketua Paguyuban Handayani, kelompok pedagang bakso Malioboro, Sogiwartono mengatakan, pascaisu daging babi yang terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu, omset penjualan bakso di Malioboro menurun drastis. "Bahkan anggota saya menjual bakso daging sapi satu kilogram sehari saja tidak habis, padahal biasanya bisa mencapai dua kilogram daging sehari," tandasnya.

Hal ini menurutnya, terjadi karena konsumen cemas mendengar banyaknya bakso di daerah lain dicampur daging babi. Dengan kondisi ini banyak pedagang bakso yang nombok karenanya. Kondisi inipun dilaporkan ke Unit Perlaksana Teknis (UPT) Malioboro dan ditindaklanjuti ke Pemkot Yogyakarta. "Kita sebagai pedagang yang baik menjamin, jualan kami halalan toyiban," tegasnya.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta,  Heru Priya Warjaka mengatakan, banyaknya kasus bakso dicampur daging babi di sejumlah daerah memang berpengaruh signifikan pada pedagang bakso di Yogya. Pihaknya sendiri kata Heru, sejak Juli 2012 lalu intensif melakukan uji sampel pada para pedagang bakso di Yogyakarta terutama di Malioboro.

Pihaknya mengambil 100 sampel dari 300 pedagang bakso permanen di Malioboro dan sekitarnya. "Pada hasil uji labolatorium saat itu diketahui ada 5 persen yang mengandung formalin dan terkontaminasi daging babi," terangnya.

Dari kasus itu, pihaknya terus melakukan pembinaan dan pendekatan dengan para pedagang tersebut dan hasilnya pada akhir 2012 dari 100 sampel tersebut hanya tinggal satu yang masih mengandung daging babi tetapi tidak mengandung formalin. Setelah dilakukan penyelidikan, ternyata kontaminasi daging babi tersebut terjadi saat penggilingan. "Melihat hal ini kita akan usahakan untuk menyediakan penggilingan khusu bagi parta pedagang bakso yang akan dikelola paguyuban sendiri," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement