Rabu 23 Jan 2013 14:07 WIB

Makin Banyak Kaum Homo dan Lesbi, Ini Pemicunya

Rep: Susie Evidia/ Red: Endah Hapsari
Lesbian dan homo. (ilustrasi)
Foto: www.insan-awam.blogspot.com
Lesbian dan homo. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Jika dikatakan saat ini makin banyak kaum homoseksual dan lesbian yang bermunculan, inilah fenomena yang terjadi sekarang.

Menurut Lusi Triyani, seorang psikolog asal Bandung, penyimpangan seksual bisa terjadi karena faktor hormonal, dan lingkungan. Faktor hormonal dari dalam tubuh yang dampaknya sangat berpengaruh terhadap fisi, perilaku, dan seks seseorang. Makanya, jika pria didominasi hormon perempuan perilakunya menjadi lebih perempuan. Begitu pula sebaliknya.

Namun, penyimpangan yang terjadi akibat faktor lingkungan secara kasat mata lebih sulit diketahui. Sebab, tidak ada perubahan fisik sehingga tidak bisa ditebak apakah seseorang itu menyimpang, atau tidak.

`'Faktor lingkungan lebih berbahaya dibandingkan hormon. Pengaruh lingkungan lebih cepat, di mana seorang yang sedang drop, tidak didukung norma, dan nilai-nilai agama yang kuat bisa terjerumus akibat sentuhan orang sejenis yang menyimpang,'' papar lulusan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung ini.

Apa yang bisa membengkokkan orientasi seks? Pada kasus remaja, Lusi menyebut pada umumnya karena patah hati dan rumah tangga berantakan. Ketika kekasih yang dicintai meninggalkannya membuat anak terpuruk. Demikian juga dengan anak-anak yang kesepian karena orangtua sibuk. Ketika ada `seseorang' (sejenis, red) yang mampu menggantikan kesendirian tersebut bisa membuatnya tertarik. Karena orang tersebut sangat mengerti kebutuhan, keinginan, kelemahan, termasuk titik-titik sensitif yang bisa membangkitkan gairah seks seseorang.

`'Anak-anak yang terjerat merasakan kenikmatan tersebut pada akhirnya akan ketagihan. Orang itu pun memengaruhi bahwa hubungan sejenis aman, tidak menyebabkan hamil, akibatnya mereka `kena' sebagai homoseks, atau lesbian,'' tutur Lusi prihatin.

Apakah penyimpangan seksual ini menular? Psikolog anak dan keluarga ini tidak sepakat dengan istilah 'menular'. ''Bukan menular, melainkan orang tersebut sangat memahami mengetahui kelemahan, dan kondisi yang sedang dirasakan `mangsanya','' jelasnya. Ketika anak merindukan orangtua, orang tersebut tampil memberi perhatian, kasih sayang, sentuhan yang dibutuhkan anak-anak. Hal ini membuat anak-anak senang.

Dari pengalaman yang ditangani Lusi, orang yang menjerat anak-anak tidak selalu teman main, teman di sekolah, ada juga dilakukan orang-orang dekat. Kasus yang pernah ditanganinya, kakak beradik usia TK, dan 9 tahun meniru penyimpangan yang dilakukan pembantunya. Ternyata pembantu selama ini menciumi bibir anak-anak dan memegangi kelaminnya. Akibatnya, anak-anak masih di bawah umur itu merasa nikmat apa yang dilakukan orang sejenisnya.

`'Untung belum terlambat sehingga anak-anak usia dini ini bisa segera dipulihkan menjadi lurus kembali,'' tegas Lusi kepada Republika. Dari pengalaman ini, orangtua yang sibuk perlu waspada terhadap orang-orang terdekat yang bisa memengaruhi perkembangan seksual anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement