Selasa 22 Jan 2013 04:07 WIB

Waduh, Siap-siap Kita Tambah Pusing, Ini Penyebabnya

Daging sapi (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Daging sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Para pedagang sapi di sejumlah pasar tradisional di Kota Bandung mogok berjualan pada Senin (21/1) memprotes kenaikan harga daging yang terus terjadi dalam beberapa minggu terakhir.

"Mulai tadi pagi tidak ada penjual daging, beberapa pembeli yang datang ke kios daging tidak jadi karena tidak ada yang jual, katanya mogok jualan karena harga sapi dan pasokan tidak ada," kata Euis, salah seorang pedagang di Pasar Cihaurgeulis Kota Bandung.

Hal sama juga terjadi di Pasar Kosambi, Pasar Sederhana dan di beberapa pasar lainnya di Kota Bandung. Aksi mogok itu merupakan puncak dari 'kekecewaan' para pedagang daging sapi yang mengeluhkan kelangkaan pasokan sapi sehingga mendorong kenaikan harga daging sapi yang mencapai angka tertinggi.

Sebagian pembeli mengalihkan dengan membeli daging ayam ras dan telur ayam. Namun kondisi itu menyulitkan bagi pedagang bakso yang selama ini berbahan baku daging sapi.

"Ya.. ada pedagang bakso yang tidak mendapatkan daging sapi, mereka juga nggak mungkin diganti daging ayam kan...," kata Ny Euis, pedagang sayuran itu.

Menurut Euis, pedagang dan pembuat bakso yang biasa membeli daging di kios daging di sana, terpaksa pulang dengan tangan hampa. "Ada empat kios daging sapi di sini, semuanya tutup," katanya.

Pada Ahad (20/1) harga daging sapi di pasar-pasar tradisional di Kota Bandung menembus angka Rp100 ribu per kilogram. Hal itu akibat adanya kenaikan harga daging khas dalam yang mencapai Rp70 ribu per kilogam. Padahal biasanya hanya Rp60 ribu hingga Rp65 ribu per kilogram.

"Harga khas dalam sudah menembus Rp70 ribu per kilogram, itu sudah sangat tinggi, sehingga harga jual kini berkisar Rp95 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram," kata Ketua Asosiasi Pedagang Daging Sapi (Apdasi) Jabar Dadang Iskandar.

Rencananya, aksi mogok berjualan para pedagang sapi itu akan berlangsung hingga dua atau tiga hari ke depan. Hal itu sebagai komitmen para pedagang untuk mendapatkan harga yang pantas.

"Kenaikan harga sapi itu merugikan pedagang dan juga pembeli, pembelian daging menurun karena harga tinggi. Jelas ini merugikan, bahkan di beberapa daerah banyak pedagang daging sapi yang sudah gulung tikar akibat harga yang tidak terkendali ini," kata Dadang.

Ia menyebutkan, biasanya kenaikan harga daging sapi terjadi paling banyak tiga kali setahun, dan jarang sekali terjadi kenaikan pada awal tahun seperti saat ini.

"Biasanya hanya tiga kali setahun, dan jarang berkepanjangan seperti saat ini. Lha sekarang harganya sudah mencapai harga saat Idul Fitri, bahkan bisa lebih mahal lagi bila tidak segera diatasi," kata Dadang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement