REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspor perikanan mulai terganggu banjir. Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Saut Hutagalung, mengatakan ekspor dari Jakarta, khususnya Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru Jakarta terganggu sejak Kamis (17/1).
Sejak Kamis lalu, kata Saut, listrik PLN terputus dari pelabuhan itu. Rata-rata, sebanyak 200-250 ton ikan/hari biasa diekspor dari pelabuhan ini melalui udara atau Tanjung Priuk. Per tahun, ekspor dari PPS Nizam Zachman berkontribusi hingga 160 juta Dolar per tahun.
"Mungkin (pemadaman listrik PLN) ini tindakan pengamanan dari resiko sengatan listrik," ujar Saut, kemarin. Ia mengatakan kegiatan pengolahan ikan umumnya hanya dilakukan oleh Unit Pengolahan Ikan (UPI) yg memiliki genset.
Akses jalan masuk ke kawasan pelabuhan juga sulit dilalui karena ketinggian air mencapai 50-120 cm. Hal ini menyebabkan truk kontainer tidak bisa lewat.
Saut memperkirakan kegiatan pengolahan belum bisa dilakukan hingga lima hari mendatang. Pasalnya, kalaupun banjir sudah surut, perlu waktu untuk membersihkan kawasan pabrik sehingga bisa beroperasi kembali.
Banjir dan gelombang ini menurunkan produksi ikan laut mencapai 30-50 persen. Penurunan produksi terjadi di beberapa pelabuhan lain di pulau Jawa. Banjir, kata saut juga mengganggu transportasi ikan ke pasar dan kota.
Saut mengatakan, pasokan ikan laut yang menurun ini bisa diisi dari pasokan ikan terutama dari cold storage dan ikan air tawar. Setelah air surut, Saut mengatakan pelayanan di pelabuhan harus segera diperbaiki, terutama untuk pelayanan laboratorium uji mutu (LPPMHP) DKI Jakarta.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Thomas Darmawan, mengatakan meskipun ekspor dari Jakarta terganggu, menurut dia hal ini belum sampai mengganggu kinerja ekspor ikan secara nasional.
Pasalnya, ekspor masih bias dilakukan melalui pelabuhan lain seperti dari Surabaya, Makassar. Lagipula, menurut dia ekspor melalui Jakarta cenderung lebih sedikit dibandingkan pelabuhan lain. "Memang ada gangguan di Jakarta, tapi ekspor masih bisa melalui pelabuhan lain," kata Thomas, saat dihubungi, Ahad.