REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 8.000 KK mengungsi karena rumahnya tenggelam karena banjir di Desa Purwadana, Karawang, Jawa Barat.
Seluruh warga sudah mengungsi karena kondisi rumahnya sudah tidak bisa ditempati karena terendam air bah. Belum ada bantuan yang datang untuk memenuhi kebutuhan warga.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhtadin mengatakan, kondisi warga mengenaskan dan membutuhkan banyak bantuan dari pemerintah dan donatur.
‘’Banjirnya mendadak sekitar 8.000 KK mengungsi karena rumahnya tenggelam,’’ katanya kepada Republika, Jumat (18/1) malam.
Genangan air, kata Muhtadin, mulai masuk ke rumah sekitar pukul 07.00 WIB. Lalu pada pukul 10.00 WIB banjir semakin meninggi, dan pada pukul 12.00 WIB warga mulai mengungsi ke dataran yang lebih tinggi.
Tempat pengungsian, sifatnya improvisasi dari warga dengan menggunakan masjid, sekolah, jalan, dan rumah makan.
Hingga kini, lanjut Muhtadin, belum ada bantuan logistik yang datang. Warga kekurangan makanan, air bersih, pakaian, dan makanan anak.
Di tempat tinggalnya yang terletak di Jalan Gempol Cilebin, Desa Purwadana, Kecamatan Teluk Jambe Timur, keluarganya harus mengungsi karena banjir yang semakin mengancam nyawa.
‘’Isteri saya sampai harus dievakuasi menggunakan ranjang,’’ kata dia. Bahkan dia mengutarakan ada seorang nenek-nenek terjun yang menggunakan kursi roda ‘nyemplung’ ke banjir.
Namun, kata Muhtadin, tidak ada korban jiwa pada bencana banjir ini. Walau kondisi warga memprihatinkan, lanjut dia, tidak ada warga yang sampai menghembuskan napas terakhir karena banjir ini.
Menurut dia, semua kejadian memiliki hikmah. Dia berharap selain bantuan cepat datang juga kejadian ini memberikan hikmah yang positif untuk seluruh warga.