REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Letjen TNI (Purn) HC Sutiyoso meluncurkan buku biografi militer berjudul 'Sutiyoso, The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando', Selasa (15/1) bertempat di Jakarta Theater. Acara peluncuran di antaranya dihadiri oleh Mantan Presiden RI Tri Sutrisno dan Jusuf Kalla maupun pejabat atau mantan pejabat lainnya.
Pemuka militer Salim Said mengatakan buku tersebut menjelaskan menolong pembaca untuk mengerti tugas pasukan di lapangan bukan hanya yang tertuang secara tulisan. Selain itu, melalui buku tersebut, dia berharap bangsa Indonesia tidak mengalami keadaan yang dialami pria kelahiran Semarang, 6 Desember 1944 tersebut.
Harapannya, tentara akan lebih meningkatkan mutu, dalam menggaji, mensenjatai profesional sehingga negeri lain tidak menganggap enteng. Selain itu, melalui buku ini pemerintah sekarang dan pemerintah yang akan datang harus belajar dari pengalaman Timor Timur.
Sebab, saat itu yang terjadi merupakan kepentingan militer dan politik. ''Jangan sampai terjadi di Papua yang masih bergolak,'' kata dia.
Karena itu, tidak cukup sekedar terharu dan kagunm dengan buku polos yang menceritakan pengalaman Sutiyoso. Tapi, bagaimana harus mengambil pelajaran bagi buku yang menurut Sutiyoso diberikan untuk adik-adiknya tersebut sebab tantangan ke depan juga akan lain.
Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie mengatakan buku tersebut terbit saat yang tepat. Sebab, kebanyakan generasi muda memahami Timor Timur dari aspek yang salah. Di antaranya dalam buku tersebut pengaruh AS dan serangan pertama. Namun, yang disesalkan adalah keputusan politik yang tidak sinkron.
''Kasus Papua harus belajar dari Timor Timur,'' kata Connie.
Dia menilai buku tersebut tentang kejujuran yang menceritakan pengalaman apa adanya. Selain itu, dalam buku karangan Robin Simanullang tersebut menunjukkan bahwa peran intelejen saat itu masih kuat.