REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Letjen TNI (Purn) HC Sutiyoso meluncurkan biografi militernya berjudul 'The Field General' bertempat di Jakarta Theatre, Selasa (15/1). Dalam diskusi buku yang sudah dirintis sejak 2001 tersebut terungkap sisi lain mantan gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 ini.
''Di Kopasus tidak begitu terkenal. Tahunya 'Bendol'. Tidak tahu Sutiyoso,'' kata teman Sutiyoso, Sofyan Effendi di Jakarta, Selasa (15/1).
Kemudian, dia mengatakan panggilannya berubah menjadi Bang Yos saat menjadi gubernur DKI Jakarta. Namun, menurutnya meski mendapat panggilan baru, Sutiyoso tetap Sutiyoso yang dikenalnya berani. Di antaranya saat operasi umi di Timor Timur.
Selain itu, dia mengenal Sutiyoso sebagai sosok ulet yang tidak kenal menyerah. Selain saat masih aktif di militer, keuletannya terbukti saat menjadi gubernur yakni saat pembangunan Transjakarta dan pedestrian Thamrin.
Kakak tertua Sutiyoso, Parto mengatakan sejak kecil Sutiyoso memang dinamakan 'Bendol'. Menurutnya, 'Bendol' berarti susah diatur. Menurut Parto yang mempunyai selisih umur enam belas tahun, saat kecil Sutiyoso suka berkelahi. Sehingga saat SMA, Sutiyoso dibawa ke Pontianak mengikutinya.
Setelah lulus SMA, cita-cita Sutiyoso menjadi tentara sempat tidak direstui ibunya. Sebab, trauma terpisah kembali dengan anaknya seperti saat bertugas membela negara.
Selain itu, dia menilai adiknya merupakan seorang yang disiplin dan memiliki pendidikan baik sesuai ajaran orang tua. Di antaranya melalui falsafah jawa yang mengatakan watak seorang laki-laki harus wiro atau berani, sembodo atau bertanggung jawan, wasis atau pintas, dan wibowo atau berwibawa. Karena itu, apapun tugas yang diberikan dilaksanakan sebaik mungkin oleh Sutiyoso.