Ahad 13 Jan 2013 15:41 WIB

Kampanye Hitam Tak Pengaruhi Pemilih Jabar

Rep: Ratna Tejomukti/ Red: Setyanadivita Livikacansera
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar saat menerima pendaftaran pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur pada Pilgub Jabar mendatang.
Foto: Antara/Agus Bebeng
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar saat menerima pendaftaran pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur pada Pilgub Jabar mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG –- Pekan ini pasangan calon Gubernur Jabar sudah mulai mendapatkan serangan kampanye hitam. Dua  calon petahana baik Aher-Deddy Mizwar dan Dede Yusuf-Lex Laksamana mendapatkan serangan berupa sms gelap dan pamflet tak bertuan.

Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Asep Saepul Muhtadi mengatakan, masa kampanye telah memasuki suasana panas. Terkait kampanye hitam yang telah mulai menyerang, hal ini mungkin dilancarkan oleh banyak pihak.

“Bisa saja black campaigne dilakukan oleh tim kampanye atau pengikut fanatik,” jelasnya Ahad (13/1). Asep menjelaskan pemilih Jawa Barat memiliki warna emosional tinggi dibandingkan provinsi lain.

Kampanye hitam dapat berdampak luar biasa jika tersebar secara masif. Asep mengamati, 25 persen pemilih fanatik dapat berpengaruh tetapi tidak sampai merubah pilihan.

“Biasanya mereka hanya bersikap agak ragu terhadap pilihan awal tetapi tidak akan merubah pilihan,” paparnya. Asep membandingkan dengan Pilgub 2008 lalu saat media terfokus pada Danny dan Nu’man, Aher bersama Dede bergerilya meraih simpati publik sehingga mampu memenangkan pilgub.

Berbeda dengan saat ini, tiga pasangan beradu popularitas di media massa. Sedangkan pasangan independen terlihat sunyi, tidak terlihat ada gerakan yang masiv untuk mensosialisasikan diri.

Masyarakat Jawa Barat, kata dia, cenderung mudah terpengaruh karena citra kemenangan. Sehingga mereka lebih memilih calon yang jelas pernah menang terlebih dahulu.

Sehingga calon petahan terlihat memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lain. Adanya kampanye hitam bagi keduanya diharapkan jangan jadi pancingan emosi.

“Mereka harus tampil lebih rasional dan menyikapi dengan elegan,” jelasnya. Jika mereka terpancing akan berdampak buruk terhadap citra, bahkan bisa saja menjadi bumerang diri sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement