REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU---Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu mengimbau warga untuk sementara tidak membeli unggas jenis itik asal Pulau Jawa karena rentan terhadap virus H5N1 atau flu burung. "Itik asal Pulau Jawa itu didatangkan atau diimpor dari China yang tertular flu burung," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu Irianto Abdullah.
Ia mengatakan warga sebaiknya waspada sebab Kementerian Kesehatan menyebut flu burung yang menyerang itik dapat menular ke manusia.
Kasus kematian sekitar 1.000 ekor itik di salah satu peternakan di dalam Kota Bengkulu yang positif flu burung juga didatangkan dari Jawa.
"Anak itik 1000 ekor yang mati beberapa waktu lalu juga didatangkan dari Jawa, positif flu burung," katanya.
Hasil tes, sampel darah dan lendir enam ekor anak itik yang dikirim ke Lampung, seluruhnya positif terjangkit flu burung. "Setelah kematian 800 ekor itu kemudian bertambah sebanyak 189 ekor lagi yang mati mendadak," tambahnya.
Setelah mendapat hasil tes dari Lampung bahwa kematian anak itik itu akibat flu burung, petugas Disnakwan dan pemilik ternak memusnahkan 11 ekor anak itik lainnya dengan cara dibakar.
Ia mengatakan untuk mencegah kasus serupa, petugas Disnakwan kabupaten dan kota sudah diimbau memperketat pengawasan itik dari luar daerah terutama asal Pulau Jawa. "Karena Bengkulu masih bebas flu burung yang menjangkit itik, jadi pengawasan itik yang masuk ke Bengkulu diperketat," tambahnya.
Menurutnya, terdapat tiga kabupaten yang menjadi pintu masuk unggas asal luar daerah antara lain Kabupaten Kaur yang berbatasan dengan Provinsi Lampung, Kabupaten Mukomuko berbatasan dengan Provinsi Sumatra Barat.
"Sedangkan dari daerah Provinsi Sumatra Selatan akan diawasi oleh petugas cek poin yang ada di Kabupaten Rejang Lebong," ujarnya.
Itik yang diperbolehkan masuk ke Bengkulu hanya yang dilengkapi surat pernyataan bebas flu burung dari Disnakwan daerah asal unggas tersebut.