Senin 07 Jan 2013 19:23 WIB

Wiranto: Saya tidak Pernah Pesimistis

Wiranto
Wiranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto mengatakan dirinya tidak pernah pesimistis terkait pencalonan presiden pada pemilu 2014.

"Saya tidak pernah pesimistis. Kalah menang itu kan biasa," katanya pada Deklarasi Gerakan Menegakkan Kedaulatan Negara (GMKN) di Jakarta, Senin (7/1).

Wiranto mengatakan kekalahannya pada pilpres yang lalu dijadikan sebagai pelajaran. "Kekurangan yang ada pada masa lalu kita jadikan pelajaran agar ke depannya lebih hati-hati dan lebih baik lagi," katanya.

Dia mengaku optimistis perolehan suara untuk anggota legislatif dari partainya mencapai lebih dari 15 persen. "Itu salah satu yang sedang kita perjuangkan saat ini," katanya.

Wiranto juga mengatakan akan memperjuangkan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) berasal dari satu partai. Dia menyebutkan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa presiden dan wakil presiden bisa diusulkan dari satu maupun gabungan parpol.

"Jadi tidak usah ada tambahan lagi. Ini juga yang sedang kami perjuangkan," katanya.

Dia menolak untuk memberi keterangan prakiraan untuk koalisi capres-capwapres mendatang. "Saya tidak akan memberi tahu sebelum pengumuman hasil pemilu legislatif," katanya.

Menurut dia, jika rencana koalisi diketahui saat ini, maka hal tersebut akan merugikan partai. "Saya tidak mau menyesal," katanya.

Namun, dia mengaku bersyukur karena menurut berbagai survei, dirinya merupakan salah satu dari bakal calon presiden yang memiliki popularitas tinggi di masyarakat. "Saya bersyukur popularitas saya masih dalam ingkar tiga atau lima hingga 10 besar," katanya.

Menurut dia, masyarakat akan lebih mudah memilih calon yang popularitasnya tinggi dibanding dengan calon yang hanya dikenal beberapa kalangan. "Kalau sudah mendapat popularitas, kita bisa mengolahnya menjadi elektabilitas," katanya.

Jika terpilih menjadi presiden nanti, Wiranto berjanji akan mendobrak kemapanan yang semu, yakni kemapanan yang tidak menghasilkan kemakmuran merata. "Kita harus melakukan suatu dobrakan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih nyata dan jujur," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement