REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan menilai inflasi pada 2013 akan dipengaruhi oleh kenaikan upah minimum provinsi (UMP). Meski demikian, komoditas pangan andalan masyarakat Indonesia, yakni beras jangan dinafikan sebagai salah satu kunci inflasi di Tanah Air.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang PS Brodjonegoro mengatakan dalam perhitungannya, BKF mengambil patokan kenaikan UMP sebesar 40 hingga 50 persen. "Itu kira-kira pengaruh inflasinya 0,2 sampai 0,3 persen," tutur Bambang kepada wartawan saat ditemui di kantor Kemenkeu, akhir pekan.
Khusus untuk beras, Bambang menyebut stabilitas beras dari sisi pasokan maupun harga harus dijaga. Sebab, beras memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi. "Artinya kita bicara distribusi secara nasional sebenarnya," ujar Bambang.
Bagaimana dengan komoditas lain yang berdampak pada inflasi seperti daging ayam ras? Bambang menilai selama tidak ada gejolak pasokan, komoditas itu tidak akan berpengaruh besar terhadap inflasi Indonesia secara keseluruhan di 2013.
Sebagai gambaran, inflasi dalam asumsi makro APBN-P 2012 tercatat sebesar 5,3 persen. Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2012 tercatat 4,30 persen. Beberapa komoditas yang menjadi penentu inflasi secara nasional antara lain beras, daging ayam ras, ikan segar hingga telur ayam ras.
Terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2012, Bambang menilai, seharusnya perekonomian masih bisa tumbuh 6,5 persen sebagaimana target dalam APBN-P 2012. Namun, target itu tidak dapat dicapai kemungkinan disebabkan oleh gagalnya realisasi belanja negara, terutama belanja modal.
"Meskipun dampaknya hanya 0,1 persen hingga 0,2 persen, menurut saya itu sangat berguna," kata Bambang. Khusus untuk kuartal keempat 2012, Bambang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air kan berada di titik 6,3 persen.