REPUBLIKA.CO.ID, Para pakar telah menghasilkan masterseed atau biang guna membuat vaksin penangkal virus AI clade 2.3.2 terbaru. Hasil uji patogenitas dan uji rekasi silang juga menunjukkan kesamaan karakter vaksin baru dengan vaksin clade 2.1.3, yang digunakan pada kasus flu burung sebelumnya.
Itu berarti vaksin lama masih bisa digunakan untuk mengatasi flu burung yang menyerang itik saat ini. "Vaksin lama masih tersedia di berbagai propinsi dan jumlahnya banyak," ujar Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro, Jumat (04/01) di JAKARTA.
Proses pembuatan vaksin diperkirakan berlangsung selama 35 hari. Selama menunggu proses selesai, peternak diimbau untuk melakukan vaksinasi dengan vaksin sebelumnya.
Pemberian vaksin dilakukan dengan metode booster, yaitu dengan pengulangan 2-5 kali. Surat edaran telah disebarkan sejak kemarin, (03/01). Pemberian pakan dan menajemen pemeliharaan yang baik juga harus ditingkatkan.
Beberapa peternakan lokal dikatakan Syukur mulai menyetop pengiriman itik dari daerah yang terkena kasus flu burung. Peternakan tersebut antara lain berada di Lampung, Kalimantan dan sebagian Sulawe
"Ada penyetopan sementara untuk meminimalkan resiko penyebaran," ujarnya kepada Republika. Peternak diimbau untuk perlahan meninggalkan sistem pemeliharaan nomaden yang memungkinkan itik berpindah-pindah ketika mencari pakan.
Pola pemeliharaan intensif memang membutuhkan biaya lebih besar yang menyebabkan peternak enggan beralih.