REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Universitas Brawijaya, Ahmad Erani Yustika, mengatakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) akan menyulitkan industri nasional karena akan memengaruhi daya saing.
"Kenaikan TDL akan berdampak kepada lemahnya daya beli masyarakat. Perusahaan tentu akan melakukan penyesuaian harga produk barang hasil industrinya karena biaya produksi yang membengkak," kata Ahmad Erani Yustika saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, jika daya beli masyarakat lemah, maka akan menekan produk dalam negeri. "Ada kekhawatiran bahwa masyarakat akan memilih barang impor, kalau harga di pasaran lebih murah daripada produk lokal," kata dia.
Sementara itu, ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyatakan, pemerintah harus menyiapkan strategi terobosan agar Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 15 persen pada 2013 tidak mengganggu konsumsi masyarakat yang selama ini menjadi unsur penggerak perekonomian nasional.
Selama ini, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena lebih banyak ditopang oleh konsumsi masyarakat yang tinggi.
Karena itu, pemerintah harus menyiapkan strategi terobosan dengan menggunakan sumber energi alternatif agar tidak membebani subsidi pemerintah dan masyarakat akibat kenaikan harga.
Sebelumnya, Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Satya Zulfanitra, mengatakan bahwa pada tahun ini akan ada kenaikan tarif empat kali, yakni pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober.
Kenaikan tarif dasar listrik yang diberlakukan secara bertahap, yakni sebesar 4,3 persen tiap kali kenaikan per triwulan 2013.
Kenaikan itu diharapkan bisa menghemat subsidi listrik sebesar Rp14 triliun serta meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia