Senin 31 Dec 2012 06:09 WIB

Di 2013 Kejahatan Makin Marak

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Dewi Mardiani
Dua belas dari lima belas tersangka pelaku kejahatan dan penganggu keamanan diperlihatkan saat gelar barang bukti dan tersangka di Mapolres Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Foto: Antara Foto
Dua belas dari lima belas tersangka pelaku kejahatan dan penganggu keamanan diperlihatkan saat gelar barang bukti dan tersangka di Mapolres Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane memprediksi tahun depan angka kejahatan akan melonjak.

Mengapa begitu? Ia menjelaskan angka kejahatan yang tinggi ini dipicu angka pengangguran yang tinggi. Penyebabnya elite politik akan mencurahkan konsentrasinya pada pemilihan umum 2014 sehingga tugas pemerintahan menjadi terbengkalai.

"Mereka tidak memikirkan lapangan pekerjaan, tapi yang mereka pikirkan adalah partai politik sendiri. Egoisme sektoral ini yang membuat pengangguran makin tinggi," kata Neta di Jakarta, Ahad (30/12).

Kejahatan yang diprediksi meningkat tajam juga disebabkan kinerja polisi yang semakin tidak profesional. Neta memaparkan indikator keberhasilan demokrasi adalah adanya kepastian hukum dan aparat hukum yang profesional. Dua kriteria ini, menurutnya, belum dapat dipenuhi Polri. Tanpa ragu-ragu ia menilai kinerja Polri pada 2012 masuk rapor merah.

Sepanjang 2012, ada 29 polisi terbunuh dan 67 polisi dikeroyok massa. Sedangkan pada 2011 hanya 20 polisi. Hal ini karena dalam melaksanakan penegakan hukum, polisi kerap bertindak sewenang-wenang. Misalnya, di Binjai, Sumatera Utara, kantor dan mobil polisi jadi korban amuk massa. 

"Artinya selama 2012 ini polisi bekerja tidak profesional.  Bahkan untuk menjaga dirinya sendiri dan menjaga tahanan (yang kabur) tidak bisa, bagaimana polisi bisa melindungi masyarakat? Tahun 2013 nanti situasi makin runyam dan polisi makin tak profesional," kata Neta.

Ia menjelaskan, sebagian besar polisi yang tidak profesional adalah mereka yang memiliki pangkat rendah. Pendidikan polisi di Sekolah Pendidikan Negara (SPN) yang hanya selama tiga bulan dinilai kurang memadai untuk mencetak polisi yang berkualitas. Pengawasan yang kurang dan jenjang karir yang tidak jelas bila tidak diperbaiki, bukan tidak mungkin akan membuat rapor Korps Bhayangkara kebakaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement