Jumat 28 Dec 2012 21:24 WIB

KALEIDOSKOP DAERAH 2012: Pesawat Superjet 100 Jatuh, 45 Tewas

Pesawat Sukhoi Superjet 100
Foto: blogspot
Pesawat Sukhoi Superjet 100

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Dunia penerbangan Indonesia dirundung duka di awal Mei 2012. Saat itu, pesawat Sukhoi Superjet 100 (SS-100) menabrak sebuah tebing di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, (9/5/2012).

Sebanyak 45 orang tewas dalam kecelakaan tersebut. Sempat ada salah paham dalam jumlah korban. Agen pesawat Sukhoi Superjet 100, PT Trimarga Rekatama, pertama menyatakan total korban tewas jatuhnya pesawat buatan Rusia itu 50 orang, lalu direvisi menjadi 48 orang, 47 orang, dan direvisi lagi menjadi 45 orang.

Dari lokasi jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan RA 36801 itu, Tim DVI Mabes Polri menerima 250 potongan tubuh korban yang ditempatkan di 35 kantong jenazah.

“Dari 35 kantong yang diserahkan, lima kantong merupakan properti korban, dan dari 35 kantong ada 250 potongan tubuh,” ungkap Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (21/5/2012).

 

Untuk mengungkap penyebab jatuhnya pesawat tersebut, Tim SAR mencari black box atau kotak hitam. Setelah enam hari pascakecelakaan, black box akhirnya ditemukan oleh satu tim Kopassus TNI-AD.

Kolonel Infantri AM Putranto sebagai ketua Tim SAR Gabungan mengumumkan hal itu kepada pers yang telah menunggu di Salak 1. Kotak hitam itu tidak lagi berwarna asal --oranye--, melainkan sudah gosong walau kondisinya masih lengkap.

Untuk selanjutnya black box itu akan diterbangkan ke Jakarta untuk kepentingan penyelidikan sebab-musabab kecelakaan Sukhoi Superjet 100 pada Rabu siang lalu (9/5), yang menyebabkan 45 peserta penerbangan itu berakhir tragis.

Black box terdiri dari dua instrumen utama: cockpit voice recorder yang merekam pembicaraan di dalam kokpit dan antar awak pesawat terbang, dan flight data recorder yang merekam performansi ratusan instrumen secara bersamaan di dalam pesawat terbang.

Pada Selasa (18/12), Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sebagai satu-satunya pihak yang berwenang membaca dan mengolah hasil pembacaan black box itu mengumumkan hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100.

Kesimpulannya, Ketua KNKT Tatang Kurniadi menilai kecelakaan ini disebabkan kelalaian pilot yang mengemudikan pesawat naas tersebut. Dari data investigasi KNKT, ada tiga kesalahan fatal pilot SSJ 100 yang membawa 45 penumpang tersebut.

Pertama, peta pada pesawat SSJ 100 tidak memuat informasi mengenai area yang dilintasi yakni Bogor, melainkan sebuah wilayah imajiner yang melintang sepanjang 50 kilometer dari Tangerang hingga Cikeas, dengan lebar sekitar 20 kilometer. Letaknya 20 nautical mile atau 37 kilometer dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma.

Kedua, dalam penerbangan tersebut Pilot In Command (PIC) Aleksandr Yablontsev (57) yang bertugas sebagai pilot yang mengemudikan pesawat dan Second In Command (SIC), bertugas sebagai pilot monitoring. Di kokpit terdapat seorang wakil dari calon pembeli yang menempati tempat duduk observer (jump seat).

Kesalahan ketiga adalah saat data penerbangan yang dibawa ke dalam pesawat. Hal ini membuat proses evakuasi menjadi tersendat dan keluarnya data korban yang simpang siur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement