REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Saat masih menjabat sebagai Wali Kota Solo, Joko Widodo alias Jokowi menularkan virus menggunakan mobil nasional pada medio Maret 2012.
Jokowi pun memesan satu Mobil Esemka buatan anak-anak SMK Negeri 2 Surakarta untuk digunakan sebagai kendaraan dinasnya. Keputusan Jokowi melahirkan pro dan kontra. Banyak yang memuji keputusan Jokowi, tapi tak sedikit yang mencibir.
Sisi positifnya, Jokowi dinilai merangsang kembali industri mobil nasional yang hingga kini hanya menjadi impian. Jokowi juga seolah-olah ingin menyentil masyarakat dan pejabat Indonesia yang lebih doyan menggunakan produk-produk buatan negeri lain, ketimbang buatan anak bangsa sendiri.
Sedangkan sisi negatif, Jokowi disebut-sebut memanfaatkan Mobil Esemka untuk mendongkrak kepopulerannya. Cibiran itu datang lantaran Jokowi disebut-sebut bakal mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
Dan benar saja, tiga bulan kemudian, atau Juni 2012, Jokowi diusung PDI Perjuangan sebagai Cagub DKI berpasangan dengan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.
Sempat tidak lolos uji emisi, Mobil Esemka akhirnya lolos uji emisi di Balai Thermodinamika Motor dan Propulis (BTMP) di Serpong, Tangerang pada 16 Agustus 2012.
Jokowi dan Esemka pun bersimbiosis alias saling menguntungkan. Kepopuleran Jokowi meroket. Bahkan ia memenangkan Pemilukada DKI Jakarta dan menjadi orang nomor satu di DKI menggantikan Fauzi Bowo.
Pada satu kesempatan Jokowi menyatakan mobil Esemka bukan semata-mata sebagai bisnis. Menurutnya Esemka adalah salah satu kebanggan bangsa.
"Ini bukan masalah otomotif, bukan pula hanya masalah mobil, tapi masalah jati diri bangsa yang mandiri dan berdikari dalam ekonomi," ujarnya usai menghadiri bedah buku Negara Paripurna di Panti Marhen, Semarang, Rabu (29/2).
Sementara keuntungan bagi Esemka, tentu saja meningkatnya pesanan. Sejak lolos uji emisi dan dipamerkan di berbagai acara, pemesanan mobil Asemka meningkat tajam.