REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meyakini gerakan buruh akan semakin meningkat pada tahun 2013.
"Jika 2012 kami melakukan 6-7 kali aksi tahun depan akan lebih lagi. Mungkin bisa 8-10 aksi besar dengan massa 30 ribu orang untuk Jabodetabek dan 10 ribu orang di daerah dan dilakukan secara serempak, berturut-turut dan bersama-sama di pertengahan Januari 2013, " kata Presiden KSPI, Said Iqbal pada Refleksi Akhir Tahun KSPI 2012 Kamis (27/12).
Said mengungkapkan bukan tidak mungkin buruh akan melakukan kembali mogok nasional seperti yang terjadi pada 3 Oktober 2012 lalu di puluhan titik kawasan industri. "Tergantung sikap pemerintah terhadap tuntutan buruh," ujar Said.
Said mengaku sepanjang tahun 2012, perjuangan buruh yang berfokus pada penghapusan outsorcing tolak upah minimum (HOSTUM) membuahkan hasil.
Diantaranya yaitu direvisinya Permenakertrans No.13 tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dari 46 item menjadi 60 item; naiknya upah minimum di kawasan basis industri sebesar 30-60 persen; dan direvisinya Permenakertrans No. 19 tahun 2012 tentang Syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain (outsorcing) sehingga jenis pekerjaan outsourcing dipersempit menjadi 5 jenis pekerjaan.
Walaupun kebijakan pro buruh sudah dibuat, namun KSPI menilai pemerintah masih setengah hati.
"Revisi KHL dari 46 item menjadi 60 item masih jauh dari kebutuhan riil pekerja/buruh yang idealnya 84-122 item. Karena itu KSPI akan terus memperjuangkan revisi Permenakertrans No 13/2012 yakni pegubahan total item KHL dari 60 menjadi 84 item," kata Said.