Kamis 27 Dec 2012 18:23 WIB

Vaksin Itik Tiada, Jamu Tradisional Pun Bicara

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Peternakan Itik (ilustrasi)
Foto: BEBEKPEKING.COM
Peternakan Itik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Vaksin flu burung terbaru khusus untuk itik belum tersedia di pasaran. Para Peternak  pun berinisiatif memutar akal demi mencegah kematian itik di wilayah mereka. Sebagian bahkan memberi jamu tradisional untuk membuat stamina itik kuat layaknya manusia.

Situasi itu diakui Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Jawa Timur, Mujiono. Ia mengatakan, beberapa Peternak di wilayah Blitar yang berkomunikasi dengannya mengaku memberi jamu dan obat-obat tradisional seperti jahe, kunyit dan berbagai obat herbal lainnya. Ia mengakui pemberian jamu ke itik tersebut demi menjaga stamina itik agar tidak mudah terserang penyakit.

Beberapa Peternak, ungkap dia, hanya mengandalkan disinfektan dan yang lain mencampur vitamin unggas dengan jamu-jamu tradisional. "Ya inisiatif mereka dengan apa yang mereka tahu," ujar Mujiono kepada Republika, Kamis (27/12). 

Inisiatif ini juga disebabkan masih terjadinya kematian itik di beberapa wilayah di Jatim. Berbeda dengan kematian sebelumnya yang serentak dan mematikan itik dalam jumlah banyak. Kematian itik kali ini, menurut Mujiono, lebih sporadis. "Itik yang mati sedikit, tapi sering dan menyebar," katanya.

Hal senada juga disampaikan Peternak Itik asal Jogoroto, Desa Alang Caruban, Jombang, Agus Khorudin. Ia mengakui peternak menunggu vaksin yang dijanjikan pemerintah, namun tidak kunjung datang. Peternak pun berinisiatif memberikan vaksin flu burung lama untuk ayam. Menurut dia, toh sama saja, itik dan ayam, sama-sama unggas.

Agus mengakui sejak ribuan itik di sekitar tempatnya mati November lalu, petugas sudah berkali-kali turun mengambil sampel. Tapi hingga saat ini, belum ada langkah pemberian vaksin. Akibatnya beberapa itik di wilayahnya masih ditemukan mati mendadak.

Sementara itu, Wakil Ketua Tim Dokter Penanganan Flu Burung, RS Dr. Soetomo Surabaya, Laksmi Wulandari mengatakan, hingga saat ini belum ada pasien suspek flu burung yang masuk ke RS Dr. Soetomo seperti yang terjadi di Jawa Tengah. "Belum ada, tapi kami siap bila sewaktu-waktu muncul pasien suspek," terang Laksmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement