REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sedikitnya sudah terdata 2.410 ekor itik di wilayah Lampung mati mendadak dalam sepekan terakhir. Itik-itik ini disinyalir terserang virus flu burung (avian influenza/AI).
Data yang diperoleh di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (disnakeswan) Lampung, dari 756 ribu ekor itik di Lampung terdapat 2.410 ekor mati mendadak secara massal dalam sepekan terakhir. Itik mati ini berada di Metro 34 ekor, Pringsewu 400 ekor, Lampung Selatan (Rawa Seragih 800 ekor dan Palas 890 ekor) dan Tulangbawang 30 ekor.
Kepala Disnakeswan Lampung, Setiato, di Bandar Lampung, Kamis (27/12), pihaknya belum tuntas melakukan penelitian terhadap itik-itik yang berada di wilayah tersebut, bekerja sama dengan dinas terkait kabupaten/kota. Pihaknya, saat ini melakukan pencegahan terhadap penyebaran virus tersebut ke hewan lainnya.
Dari laporan daerah lain, berdasarkan hasil tes, positif kematian itik tersebut terserang virus jenis Clade 232. Hal ini berada di Metro, Lampung Selatan yakni Palas dan Rawa Seragih. "Daerah lain masih menunggu hasil tesnya," kata Setiato.
Itik yang mati positif terkena virus Clade 232 bermula dari Metro, yang sudah dilakukan tes pada 14 Desember lalu. Disnakeswan Lampung menduga itik-itik tersebut membawa virus dari luar daerah. "Untuk itu, kami mensetop masuknya itik dari luar daerah," ujarnya.
Kepada itik warga lainnya, Disnakeswan mensosialisasikan pemberian disinfektan jenis kapur atau vaksin yang dikonsumsi ayam. Misalnya, dengan mengoleskan di sekitar kandang itik.
Selain itu, kepada pemilik itik atau manusia untuk tidak bersentuhan secara langsung dengan itik tersebut. Pasalnya, virus ini cepat menular dengan manusia. Hingga kini, belum terkuak adanya manusia yang terserang virus flu burung (AI) akibat dari tewasnya itik di wilayah tersebut.