Kamis 27 Dec 2012 15:57 WIB

DPRD DKI: Terowongan Bawah Tanah Rp 16 T Perlu Kajian

Rep: Rina Tri Handayani/ Red: Dewi Mardiani
Triwisaksana
Foto: Republika/Fachrul Ratzi
Triwisaksana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Triwisaksana, mengatakan pembangunan deep tunnel harus direncanakan dalam RPJMD 2012-2017 agar bisa dibahas dewan. Sehingga, bukan gagasan spontan. Sebab, proyek raksasa serupa monorel ini pasti melibatkan banyak stakeholder.

Menurutnya, anggaran terowongan bawah tanah yang mencapai Rp 16 trilyun harus memerlukan kajian panjang. Dia mengatakan, jika persoalan banjir bisa disiasati satu sampai dua trilyun rupiah, kenapa harus menggelontorkan dana besar.

Dia mencontohkan kasus banjir seperti di Sarinah terjadi karena gorong-gorong hanya 60 sentimeter sehingga harus dilebarkan menjadi dua meter. “Benarkah 16 trilyun harus dikeluarkan,” ujarnya di gedung DPRD, Kamis (27/12).

Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna mengatakan konsep terowongan MHT-Pluit yang merupakan ide lama sejak gubernur Sutiyoso dan Fauzi Bowo bisa dikembangkan. Menurutnya, jika proyek ini berhasil maka bisa menghindari wilayah yang terancam banjir seperti daerah Kampung Duri dan Kampung pulo.

Namun dia mengatakan terowongan yang bisa berfungsi sebagai jalan raya dan pembuangan saat air meluap sangat riskan dengan sampah yang mengalir dari Sungai Ciliwung. Begitu pula terhadap endapan yang bisa terjadi. “Sistem pemeliharaan penting apakah bisa digunakan seperti jalan tol berbayar yang bebas kemacetan,” ujarnya.

Meski demikian, Yayat mengatakan pembiayaan yang mencapai Rp 16 trilyun pantas dipertimbangkan. Sebab, Jakarta masih membutuhkan anggaran untuk transportasi maupun sarana dan prasarana seperti transjakarta, MRT, monorel.

Menurutnya, jika menggunakan SILPA Rp 8 trilyun memerlukan prioritas membagi komposisi pola anggaran. Kemudian, jika proyek ini dilakukan dia mempertanyakan penanganan terhadap sungai yang lain.

Karena itu, menurutnya lebih baik pengerukan sungai menjadi prioritas. Begitu pula, penanganan sampah. Sehingga, bisa lebih menghemat anggaran. Yayat menilai lebih baik proyek ini dikaji ulang berdasarkan nilai efisiensi, optimalisasi agar manfaat bisa sesuai harapan. “Ide baik perlu kehati-hatian,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement