REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi meminta agar masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan terkait berjangkitnya kembali flu burung.
Menkes mengingatkan agar mayarakat waspada jika menemukan banyak unggas mati mendadak. Nafsiah meminta agar masyarakat menghindari kontak langsung dengan unggas mati, khususnya bagi anak-anak atau orangtua dengan ketahanan tubuh lemah.
''Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan memperhatikan betul bila ada banyak unggas yang mati, agar segera menjauhinya,'' kata Nafsiah seusai Rapat Koordinasi (Rakor) Menteri Koordinator Kesejateraan Rakyat (Menkokesra) dengan para Menteri tentang flu burung di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (27/12).
Rakor diikuti oleh Menteri Pertanian (Mentan) Suswono, Menteri Perhubungan (Menhub) EE Mangindaan, Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Tifatul Sembiring serta utusan Kementerian dan Lembaga terkait serta utusan TNI dan Polri.
Menurut Nafsiah, masyarakat tidak perlu sungkan untuk melapor ke petugas kesehatan jika diketahui ada anak atau orang tua mengalami gejala panas disertai batu, terlebih jika sebelumnya memiliki riwayat kontak langsung dengan unggas agar petugas kesehatan bisa segera membawa ke rumah sakit dan memberikan Tamiflu.
''Kami sudah melatih para petugas kesehatan sehingga bila ada kejadian yang mencurigakan flu burung di puskesmas atau di desa, agar secepatnya mengirim ke rumah sakit rujukan,'' ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan Nafsiah dalam rakor, sistem kewaspadaan yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) antara lain dengan mengembangkan sentinel surveilans, baik di tingkat puskesmas di seluruh Indonesia untuk pemeriksaan spesimen pada pasien dengan gejala flu, maupun sentinel surveilans di rumah sakit, yang khusus untuk pasien dengan penyakit paru-paru akut.
Selain itu, dilakukan juga surveilans bersama dengan Kementerian Perrtanian dan Dinas Peternakan di daerah-daerah.
''Saat ini kita akan meningkatkan kemampuan laboratorium, artinya, jangan hanya satu laboratorium di Jakarta saja yang mampu memeriksa, tapi kita mempunyai jejaring 42 laboraturium di seluruh Indonesia. Kasus Flu burung termasuk kasus yang jarang, jadi diperlukan juga peningkatan kemampuan sumber daya manusianya,'' terang Nafsiah.
Sejak 2007, dikatakannya lagi, terdapat 100 rumah sakit rujukan flu burung di Indonesia. Dari segi kesiapan, sekitar 80 persen sudah memiliki ruang isolasi, dan 20 persen diantaranya sudah memiliki ruangan yang bertekanan negatif. Hal lainnya, obat oseltamivir telah didistribusikan ke 33 provinsi, dan buffer stock di pusat ada sebanyak satu juta dosis. Selain itu, Alat Pelindung Diri (APD) hingga kini jumlahnya masih mencukupi.