REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak pangsa utama cerutu produksi PT Tarumartani seperti Amerika dilanda krisis, ekspor cerutunya menghadapi kesulitan. Mereka mau menekan harga. Selama ini ekspor cerutu Tarumartani ke Amerika, Turki, Cyprus, Hongkong, dan Vetnam.
Hal itulah yang menyebabkan Tarumatani mengalami kesulitan untuk membayar hutang. Untuk tetap mempertahankan aset BUMD yang berdiri pada 1918 ini, perlu suntikan dana. Namun, untuk mendapatkan dana segar, hal ini terganjal status perseroan terbatasnya.
Tarumartani sudah mengajukan untuk perubahan status dari PD (Perusahaan Daerah) Tarumartani menjadi PT (Perseroan Terbatas) Tarumartani tanggal 18 Desember lalu dan sekarang sedang dalam proses. Hal itu dikemukakan Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Tarumartani DIY Abdul Nasir saat dikonfirmasi mengenai mengapa Tarumartani belum berubah statusnya menjadi PT.
''Untuk itu harus ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Kami berharap pada akhir Desember ini PD Tarumartani sudah berubah menjadi PT Tarumartani,'' kata Nasir, kemarin. Namun dia menambahkan, untuk mendapatkan dana penyertaan modal tersebut masih ada persyaratan lainnya misalnya harus adanya Perda Penyertaan Modal dan lain-lain.
Menurut Nasir, dana penyertaan modal Tarumartani sebesar Rp 12 miliar direncanakan untuk menutup hutang Tarumartani yang masih sebesar sekitar Rp 7,1 miliar. Sedangkan sisanya untuk pengembangan Tarumatani di antaranya di sektor perdagangan dan revitalisasi aset.
Krisis pasar cerutu dunia menyebabkan volume penjualan cerutu Tarumartani lebih banyak untuk lokal. Dulu sebelum Eropa dilanda krisis (2010) perbandingan volume penjualan cerutu antara ekspor dan lokal adalah 55 persen : 45 persen, sedangkan sejak tahun 2011 sampai sekarang perbandingan volume penjualan antara ekspor dan lokal adalah 35 persen: 65 persen.
''Pada tahun 2010 hasil yang diperoleh dari penjualan cerutu baik eskpor maupun lokal mencapai Rp 1,3 miliar. Tahun 2011 hasil yang diperoleh dari penjualan cerutu Tarumartani menurun menjadi Rp 1,1 miliar dan tahun 2012 turun lagi menjadi Rp 1 miliar,''jelas dia.
Untuk itu Tarumartani akan mengembangkan usahanya di bidang lain, tetapi harus atas persetujuan pemiliknya, kata Nasir. Walaupun volume penjualan cerutu untuk lokal lebih besar daripada untuk ekspor, tetapi nilai penjualannya antara impor dan ekspor hampir sama.
Karena itu, volume ekspor berkurang maka hasil yang diperoleh Tarumartani juga berkurang, ungkap dia. Saat ini, dia menambahkan, Tarumartani sedang melakukan negosiasi negara pengekspor cerutu agar mereka tidak terlalu menekan harga.