REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI--Kota Kediri dibuat heboh dengan kasus bunuh diri seorang ibu yang melibatkan dua anak balita. Petugas dari Polres Kediri Kota, Jawa Timur kini tengah menangani kasus tersebut.
"Kami masih menangani kasus percobaan bunuh diri dengan menggunakan racun tikus itu," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kediri Kota AKP Siswandi di Kediri, Ahad.
Pihaknya mengatakan, kasus itu terungkap setelah dua anak balita yang diketahui bernama Pandu. masih berusia empat tahun lima bulan dan Eva, berusia tiga tahun lima bulan dirawat di RS Baptis Kediri.
Setelah dikonfirmasi untuk dimintai keterangan oleh pihak rumah sakit, diketahui bahwa dua balita itu adalah korban percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, Tri (30). Kasus itu akhirnya dilaporkan ke polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sementara itu, kedua balita itu akhirnya dirujuk ke RSUD Gambiran untuk pemeriksaan lebih lanjut. Saat ini, mereka sedang dirawat di ruang observasi ruang anak di RSUD Gambiran setelah sebelumnya mereka dirawat di ruang UGD untuk mengeluarkan racun.
Kasat Reskrimum mengaku belum bisa mendalami lebih lanjut tentang kasus ini. Bapak kedua balita itu, yang diketahui bernama Roni Setiawan (31) sampai saat ini belum bisa diperiksa.
Namun, dari laporan yang masuk, diketahui jika mereka diberikan racun yang dicampur dengan susu yang diberikan ibu mereka. Setelah kedua anaknya terlihat lemah, ibu merek juga ikut menelan racun itu. Racun itu dimasukkan ke dalam sebuah kapsul dari obat diare yang sudah dikeluarkan isinya terlebih dahulu.
"Untuk penyebab pasti masih kami tangani, tapi dimungkinkan karena faktor ekonomi," ucapnya. Pihaknya saat ini sudah menyita sejumlah barang bukti di antaranya bungkus racun tikus, sisa susu, serta sejumlah barang bukti lainnya.
Sementara itu, sejumlah kerabat yang ditemui di RS Bhayangkara, tempat ibunda dari kedua balita itu menyebut jika keluarga tersebut terlihat kurang harmonis. Tri, ibunda dua balita itu masih dirawat di ruang IGD RS Bhayangkara Kediri, terpisah dari dua anak balitanya.
Sri Rahayuningsih, salah seorang kerabat menyebut jika adanya ketidakharmonisan sudah terjadi sejak anak pertama mereka lahir.
"Mereka sering cekcok. Dia (Tri) pernah bilang jika merasa sudah tidak kuat lagi," katanya menggungkapkan.
Ia mengaku tidak mengetahui persis masalah di antara mereka, namun diduga karena masalah ekonomi.
Selama ini, pekerjaan dari suami Tri adalah sebagai pedagang asongan. Selain untuk menghidupi dua anak mereka yang masih kecil, mereka juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membayar tempat indekos.