REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tantangan masalah pangan sudah di depan mata. Laju pertumbuhan penduduk mengancam ketersediaan lahan yang seharusnya bisa difungsikan untuk lahan sawah.
Direktur Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, tingkat kehilangan sawah di Indonesia sudah mencapai 110 ribu hektar per tahun.
"Sedangkan kemampuan untuk mencetak lahan baru hanya 45 ribu hektar per tahun. Kalau tidak segera ditangani kita akan mengalami bencana pangan," kata Sumarjo di Jakarta, Jumat (21/12).
Jumlah lahan hutan pada tahun 1980, ujar Sumarjo, tercatat seluas 12 juta ha. Saat ini hutan yang ada tinggal 3 juta ha.
Pertambahan jumlah penduduk, kata Sumarjo, tidak dibarengi dengan penambahan lahan yang bisa menyediakan sumber pangan.
Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Ekonomi dan Lingkungan Hidup, Emil Salim mengatakan, hutan yang terbatas bisa habis karena penduduk terus bertambah.
Sumber daya manusia, kata Emil, harus menjadi perhatian, terutama petani. Apalagi Nilai tukar petani pangan amat rendah, selalu kurang dari 100 persen sejak tahun 2008.
Petani, ujar Emil, menerima sedikit dari yang semestinya dibayarkan kepadanya. Akibatnya urbanisasi pun meningkat. Mereka berbondong-bondong datang ke kota.
Agar masalah ini tak berlarut, terang Emil, Kementerian Pertanian harus menyusun kembali rencana tata-ruang yang disesuaikan dengan sasaran swasembada pangan nasional.
Daerah yang berpotensi subur, ujar Emil, digunakan untuk menumbuhkan pangan seperti Sukabumi dan Cianjur. Kawasan khusus pangan ini nantinya tidak boleh dirubah untuk kepentingan lain.