REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Madya Ida Bagus Putu Duni, memiliki dua pekerjaan berat yang menjadi prioritas untuk segera ditanganinya. Selain penguatan sistem pertahanan udara dan memperbarui alutsista, peningkatan disiplin prajurit juga menjadi perhatiannya.
Kasus pemukulan enam prajurit Pangkalan Udara Roesmin Norjadin, Pekanbaru, terhadap wartawan yang meliput jatuhnya jet tempur Hawk pada Oktober lalu, dan gangguan kepada jurnalis yang meliput jatuhnya pesawat Fokker 27 di kompleks Lanud Halim Perdanakusumah pada Juni mendapat perhatian khusus dari Ida Bagus.
Secara tersirat, mantan gubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) itu berjanji kasus pemukulan tidak bakal terulang. Caranya, pihaknya bakal menegakkan aturan dan memberikan hukuman tegas bagi setiap prajurit yang bertindak melebihi batas.
"Bagaimana menegakkan peraturan bahwa prajurit punya kode etik, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib TNI yang menjadi akar kode etik harus disosialisaikan dan ditekankan lagi," kata Ida Bagus di Taxi Way Echo Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (21/12).
Ida Bagus tidak ingin ada prajurit di kesatuan TNI AU yang bertindak main hakim sendiri dan berani melanggar aturan. "Sebagai tentara pejuang dan tentara profesional maka bertahap harus dekat dengan rakyat," katanya.
Ida Bagus yang merupakan lulusan AAU 1981 menggantikan Marsekal Imam Sufaat yang memasuki masa pensiun. Sesuai peeintah Presiden SBY, kata Ida Bagus, pihaknya bakal melakukan konsolidasi internal dan kajian intensif sebelum mengeluarkan kebijakan tentang kebutuhan alutsista TNI AU.