Kamis 20 Dec 2012 16:11 WIB

Duh.. Setiap Hari, Puluhan Ekor Bebek Mati Mendadak!

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Citra Listya Rini
Sejumlah petugas memeriksa bebek yang mati mendadak di Desa Pakijangan, Brebes, Jateng.
Foto: Antara
Sejumlah petugas memeriksa bebek yang mati mendadak di Desa Pakijangan, Brebes, Jateng.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Serangan virus flu burung yang menyerang ternak itik atau bebek di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, masih terus berjangkit. Sejak sepekan terakhir, virus mematikan yang diduga flu burung strain baru ini, diduga menyerang ternak itik milik peternak di wilayah Kecamatan Ajibarang. Di wilayah ini, setiap hari ada sekitar 50 ekor bebek petelur yang mati.

Salah seorang peternak bebek di Desa Ajibarang Kecamatan Ajibarang, Karsidi (53 tahun ), mengaku virus mematikan tersebut sudah berjangkit sejak sepekan lalu. "Setiap hari, ada saja bebek saya yang mati. Paling tidak 6-8 ekor bebek saya yang mati setiap hari," jelasnya, saat ditemui Republika di rumahnya, Banyumas, Kamis (20/12).

Akibat kematian ternak bebeknya yang terus menerus tersebut, kini jumlah ternak bebeknya yang masih hidup sudah menurun drastis. Dari semula dia memelihara 300 ekor, kini hanya tinggal 150 ekor.

Dia menyebutkan, kondisi ini juga dialami banyak peternak bebek lain di wilayah Kecamatan Ajibarang. Karseno (57), peternak lain di Desa Tipar Kecamatan Ajibarang, juga mengalami hal serupa. Menurutnya, setiap hari ada 10 ekor bebeknya yang mati tiba-tiba. Dari 500 ekor bebek yang dia ternak untuk diambil telurnya, kini hanya tinggal tersisa 200 ekor.

Dia menyebutkan, serangan penyakit terhadap ternak bebeknya ini, belum belum pernah dia alami sebelumnya. Sebelum mati, menunjukkan gejala seperti terserang penyakit tetelo. Antara lain, mata bebek menjadi berwarna agak putih. Namun tidak sampai sehari mengalami gejala tersebut, bebek menjadi tidak bisa berjalan kemudian mati dengan mata menjadi berwarna putih.

"Dari munculnya gejala hingga mati, prosesnya cepat sekali. Kalau tetelo, biasanya gejala sakit bisa sampai 2 hari, baru mati. Tapi ini, hanya beberapa jam terkena gejala, kemudian mati," katanya. Berdasarkan gejala dan cepatnya proses penularan, dia khawatir bebeknya terkena penyakit flu burung.

Karsidi menyebutkan, hampir di seluruh desa di Kecamatan Ajibarang, ada warga yang beternak bebek. Mereka beternak bebek untuk diambil telurnya. Bebek-bebek ini, biasanya digembalakan di sawah-sawah jika di lahan sawah yang baru panen. Karena itu, penggembalaan bisa dilakukan hingga ke lokasi persawahan yang cukup jauh dari tempat tinggal peternak.

Terkait dengan kejadian ini, beberapa petugas dari Dinas Peternakan Banyumas, telah melakukan penyemprotan desinfektan di beberapa kandang peternak di Ajibarang. "Kita sudah beberapa hari ini turun ke beberapa peternak untuk melakukan penyemprotan desinfektan. Selain itu, kita juga mengambil beberapa sampel bebek yang mati," kata Petugas Dinas Peternakan, Suwandi, yang mendatangi kandang miliki Karsidi.

Suwandi menyebutkan berdasarkan hasil rapid tes (tes cepat) yang dilakukan pihaknya, bebek-bebek yang mati tersebut negatif flu burung. Namun dia menyatakan, mengingat proses penularan yang sangat cepat dan banyak bebek yang mati, pihak Dinas akan mengirimkan sampel bebek mati tersebut ke  Balai Besar Veteriner di Wates, Yogyakarta.

"Kita memang curiga ada virus AI strain baru yang menyerang bebek-bebek tersebut. Soalnya, virus ini tidak terdeteksi oleh rapid tes yang selama ini kita gunakan untuk melakukan tes terhadap kasus flu burung pada ayam," jelas Suwandi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement