Rabu 19 Dec 2012 21:55 WIB

Menhub: Sistem Pemandu Otomatis Bandara Harus 3 Lapis

Soekarno Hatta airport (illustration)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Soekarno Hatta airport (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP--Menteri Perhubungan EE Mangindaan mengatakan sistem pemanduan otomatis bandar udara sedikitnya harus tiga lapis. "Sistem 'automatic controller' paling tidak harus tiga lapis. Ini terhambat, ada satu lagi, dan terakhir manual. Manual pun harus siap," katanya di Cilacap, Rabu (19/12).

Menhub memaparkan keharusan itu kepada wartawan terkait gangguan pada radar di Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu (16/12) akibat terbakarnya perangkat UPS (Uninterruptible Power Supply).

Menurut dia, masalah radar tersebut sudah selesai ditangani karena hanya terbakar pada saklar UPS akibat naik-turunnya tegangan listrik. "Sekarang yang kita pikirkan bagaimana 'voltage' (tegangan listrik, red.) tidak terlalu ekstrem naik turunnya. Energi yang dipakai, kalau pakai batu bara kemungkinan bisa begitu," katanya.

Menurut dia, energi lain seperti surya dan gas kemungkinan bisa pelan. "Itu yang pertama. Yang kedua, sistem 'layer'. Tahun 2013 gedung JAATS (Jakarta Automated Air Traffic System) selesai sehingga akan menjadi 'layer' kedua," katanya.

Bahkan jika gedung JAATS selesai, kata dia, akan menjadi "layer" (lapis) pertama karena lebih tinggi meskipun sekarang masih menjadi kedua, dan yang ketiga manual.

"Jadi tetap harus tiga lapis. Sistem 'automatic controller' paling tidak harus tiga lapis," kata Mangindaan menegaskan. Lebih lanjut, dia mengatakan, sistem tersebut juga dipakai di Makassar karena dapat menjangkau hingga Australia dan Filipina.

Sementara di Bandara Soekarno-Hatta, kata dia, dapat menjangkau Malaysia, Singapura, dan Makassar.

Disinggung mengenai batas waktu maksimal untuk menangani gangguan radar, Menhub mengatakan, hal itu tergantung dari kepadatan penerbangan di masing-masing bandara.

"15 menit saja kita sudah kelabakan. Kemarin 15 menit, itu pun pindah ke manual," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan, pihaknya tidak memberikan target waktu penanganan.

"Layer-nya harus segera siap, kalau mati secara otomatis ganti," kata dia. Menurut dia, peristiwa terbakarnya UPS tersebut bukan kesalahan PLN namun perlu cara untuk mengatasinya.

Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan mengatakan, gangguan di Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu (16/12) bukan akibat kerusakan sistem pemanduan.

"Yang rusak UPS-nya. Itu perlu waktu, karena begitu komputernya mati, harus sistme harus mengwali lagi untuk mengisi data. Sebenarnya listrik mati hanya 15 menit, tetapi begitu mengoperasikan komputernya perlu satu jam lebih untuk 'startup' karena data harus 'loading' lagi, itu yang agak lama," katanya.

Menurut dia, pertengahan Januari 2013 akan datang UPS baru sebagai pendukung.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement