REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya membangun industri bahan baku obat di Indonesia dinilai masih butuh kerja keras. Pasalnya, indistri di Indonesia masih mengandalkan bahan dasar impor dari luar negeri seperti Cina, India dan Eropa.
Asosiasi Perusahaan Pemasok Bahan Baku Obat (Pharma Materials Management Club/PMMC) menilai salah satu alasan ketergantungan industri pada bahan baku impor karena pasokan dari dalam negeri belum mencukupi.
"Indonesia masih mengimpor bahan baku obat dari Cina sebesar Rp 6,84 triliun, India Rp 3,42 triliun dan Eropa Rp 1,4 triliun. Meningkatnya permintaan obat di pasar domestik tidak diimbangi dengan pasokan bahan baku dari dalam negeri," kata Ketua Umum PMMC, Kendrariadi Suhanda, di Jakarta, Selasa (18/12).
Suhanda mengatakan beberapa industri bahan baku obat setengah jadi masih mengandalkan bahan dasar impor. Untuk produk parasetamol dan penisilin separuh bahan bakunya masih diimpor, paparnya.
Pembangunan pabrik bahan baku obat di Indonesia, lanjut Suhanda, harus memperhitungkan pasokan ke pasar ekspor. "Pasar farmasi nasional saat ini masih relatif kecil, hanya 0,4 persen dari total pasar farmasi dunia," ujarnya.
Suhanda menambahkan, pemerintah bisa memberikan fasilitas insentif "tax holiday" untuk investasi bahan baku.
"Industri farmasi membutuhkan insentif karena membutuhkan modal besar, minimal 100 juta dolar AS. Investasi di sektor ini membutuhkan insentif pengurangan pajak seperti 'tax holiday' dengan jangka waktu lima tahun," tuturnya.