REPUBLIKA.CO.ID, LOK BAINTAN, KALSEL -- Di tengah semakin modernnya cara bertransaksi dalam perdagangan dan investasi, sistem barter barang masih berlaku dan dipertahankan para pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan, Kalimantan Selatan.
Beberapa pedagang Pasar Terapung Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa subuh mengaku masih ada jual beli antar barang.
Sistem barter terjadi saat seorang pedagang butuh suatu barang dan pedagang lain membutuhkan barang tertentu. Nilai barang yang dibarter antarpedagang sama atau dianggap sama.
Fajli merupakan pedagang secara turun-menurun yang berdagang di pasar ini. Dia sendiri sudah 15 tahun berjualan buah-buahan. Orang tua dan kakeknya dulu juga berjualan di pasar tersebut.
Pedagang lainnya bernama Bu Lia mengatakan, bisa saja nilai barang yang dibarter tidak sama. Transaksi yang kurang seimbang itu terjadi kalau salah satu pihak sangat membutuhkan suatu barang dan harus mendapatkannya karena ada pembeli atau ada kebutuhan keluarga atau kerabatnya.
Lia juga sudah 15 tahun berdagang di Pasar Terapung. "Suami saya petani, dua anak saya sekolah, satu di Madrasah Tsanawiyah dan satu masih SD," katanya. "Setelah subuh sekitar jam 5 saya berangkat ke pasar ini. Tiap hari," katanya pula.
Pasar Terapung adalah sebuah pasar tradisional yang seluruh aktivitasnya dilakukan di atas air Sungai Martapura dengan menggunakan perahu atau sampan. Lokasi ini dapat ditempuh sekitar 1,5 jam dari Kota Banjarmasin, Kalimatan Selatan.
Transaksi di pasar ini dimulai sekitar pukul 04 hingga sekitar pukul 09.00 Wita. Ratusan pedagang, umumnya perempuan, menjajakan dagangan berupa kebutuhan sehari-hari dari atas perahu atau sampan.
Pasar terapung ini khas dan unik karena perahu atau sampan berdesak-desakan. Pedagang saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian-kemari dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai.