REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejak penemuan virus flu burung tipe baru yaitu clade 2.3.2, pada 11 September 2012 lalu di Wonosobo, Jawa Tengah, para peneliti masih mengidentifikasi sifatnya. Sehingga, vaksin pun belum dapat diformulakan.
Hingga saat ini, diketahui penyebaran virusnya seiring dengan distribusi unggas yang sulit dikontrol, sehingga penyebarannya sampai di Jawa Timur dan Jawa Barat. Pakar Flu Burung IPB, Prof Dr drh I Wayan Teguh Wibawa SKH MS, mengatakan pembuatan vaksin untuk jenis baru ini masih perlu melakukan beberapa tahap.
Ia mengatakan, virus telah berhasil diisolasi seperti mengisolasi virus-virus sebelumnya. "Kita masih harus melakukan uji tantang terhadap unggasnya," kata Wayan.
Uji tantang ini merupakan proses mengujian kekebalan tubuh terhadap unggas yang sehat sehingga dapat diketahui karakteristiknya. Setelah itu, formula vaksin dapat ditentukan berdasarkan sistem imun unggas yang diintroduksi virus baru tersebut. "Untuk mencapai tahap itu, masih perlu kajian-kajian riset," kata Wayan.
Tipe Virus H5N1 lama, yaitu clade 2.1.2 bersifat patogen yang dapat menyebabkan kematian pada unggas sebesar 10 persen dari populasi. Namun, untuk tipe baru ini, Wayan mengungkapkan potensi kematiannya dapat mencapai 40 persen.
"Selain itu, virus Avian Influenza (AI) ini pun memang mudah berubah," ujarnya. Terutama, tambah Wayan, pada musim hujan atau basah perkembangan virus meningkat.
Hingga saat ini, Wayan mengaku belum mendapat laporan unggas yang terjangkit AI di Bogor, Jawa Barat. Penelusurannya sejak tahun 2007 terkait AI membuatnya selalu mengikuti tentang perkembangan flu burung.
"Tahun ini, kami hampir optimis tidak ada lagi kasus flu burung, karena kami sudah cek ke semua pasar dan peternak-peternak tidak ada ayam yang terkena AI," ungkapnya. Namun, ternyata AI kali ini menyerang bebek dengan virus tipe baru dan juga dapat menyerang ayam yang sudah divaksin.
Selama vaksin belum diproduksi, masyarakat diharapkan melakukan tindakan prefentif baik terhadap unggas maupun dirinya sendiri. Seperti, mandi setelah kontak langsung ataupun tidak langsung dengan unggas, mencuci mobil dan menyemprot desinfektan jika mobil telah melewati area penuh unggas, dan melaporkan kepada pihak berwenang jika menemukan kasus kematian unggas yang tak wajar.