REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Dalam dua bulan terakhir, tercatat ratusan ekor itik mati mendadak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
"Kasus tersebut terjadi di tiga lokasi berbeda, yakni Kecamatan Purwokerto Utara, Sumbang, dan Tambak," kata Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Banyumas Dewi Ratnawati di Purwokerto, Senin.
Disnakkan Banyumas telah menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan "rapid test" guna mengetahui kemungkinan kematian itik itu akibat serangan flu burung atau "avian influenza" (AI).
Berdasarkan hasil "rapid test", kata dia, kematian ratusan itik tersebut bukan disebabkan virus flu burung. "Hasilnya negatif, ternak itik di Banyumas masih aman dari serangan flu burung," kata dia menegaskan.
Dia mengatakan, ratusan ekor itik yang mati mendadak tersebut pertama kali dilaporkan terjadi pada 29 Oktober 2012 di Kelurahan Mersi, Kecamatan Purwokerto Utara. Jumlah itik yang mati mendadak di wilayah itu 380 ekor dari total populasi 900 ekor.
Kasus kedua, kata dia, dilaporkan terjadi di Desa Kebanggan, Kecamatan Sumbang. "Di Desa Kebanggan ada sembilan ekor itik mati mendadak dari total populasi 20 ekor itik. Selain itu, 10 ekor ayam juga mati mendadak dari total 15 ekor," katanya.
Dewi mengatakan kasus kematian itik mendadak terakhir terjadi di Desa Gebangsari, Kecamatan Tambak, pada 3 Desember 2012. Di Desa Gebangsari terdapat 50 ekor itik mati mendadak dari total 55 ekor itik.
"Di desa ini juga terdapat 260 ekor ayam yang mati mendadak dari total 535 ayam," katanya.
Disnakkan terus berupaya mengantisipasi merebaknya virus flu burung pada unggas di Banyumas.