Senin 17 Dec 2012 12:22 WIB

Hatta: Listrik Bandara Mati Itu Mengerikan

Rep: Esthi Maharani/ Red: Karta Raharja Ucu
Hatta Rajasa
Foto: Agung Fatma Putra
Hatta Rajasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa menilai matinya Air Traffic Controller (ATC) bandara memberikan catatan tersendiri bagi dunia penerbangan.

Meski secara material tidak menimbulkan kerugian besar, tetapi peristiwa tersebut sebaiknya tidak boleh terjadi di masa depan. “Di dalam dunia penerbangan, hal seperti itu sangat mengerikan dan tidak boleh terjadi,” katanya saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (17/12).

Hatta mengaku sudah meminta pihak terkait menginvestigasi penyebab matinya ATC bandara, sehingga menyebabkan penundaan sejumlah penerbangan. Tak hanya itu, ia juga telah meminta agar peralatan yang mendukung di bandara harus dimoderniasasi.

Ketika ada kabar Bandara Soekarno-Hatta mati, Hatta mengaku langsung menelpon dirjen perhubungan udara. Ia meminta kronologisnya dan penyebabnya. Dikatakan, ada kerusakan pada ATC.

Biasanya, lanjut Hatta, kalau ada kerusakan, ATC akan switch otomatis. “Tetapi itu rupanya terbakar. Main ATC terbakar sehingga tidak bisa langsung dan manual,” ujar Hatta menjelaskan.

Lebih jauh Hatta menjelaskan jika dilakukan secara manual, memerlukan waktu sekitar 15 menit. Meski hanya 15 menit, tetapi untuk ukuran waktu penerbangan, 'black out' yang terjadi cukup lama.

“Itu 'black out' yang panjang waktunya di udara,” katanya.

Sebelumnya, PT Angkasa Pura (AP) II mengungkap penyebab matinya sistem radar Bandara Soekarno-Hatta lantaran sistem radar mati karena terbakarnya perangkat UPS (Uninterruptible Power Supply) yang mendukung pasokan listrik.

Terbakarnya perangkat UPS tersebut mengakibatkan gangguan pada sistem pemanduan otomatis JAATS (Jakarta Automated Air Traffic System) dan membuat sistem tidak dapat bekerja selama 15 menit. Karena itu pihak PT AP II memutuskan membatasi jumlah penerbangan dan pendaratan di Bandara Soekarno-Hatta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement