Sabtu 15 Dec 2012 08:45 WIB

Pedagang Sapi Jabar Ancam Mogok Jualan

Para jagal saat menguliti sapi kurban.
Foto: ROL/Chairul Akhmad
Para jagal saat menguliti sapi kurban.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para pedagang sapi di Jawa Barat mengancam akan melakukan mogok berjualan bila pemerintah tidak segera turun tangan mengatasi kelangkaan sapi potong.

"Sapi potong makin langka di rumah pemotongan hewan, akibatnya harga tetap tinggi. Bila kondisi tidak diatasi kami akan mogok selama 10 hari," kata Koordinator Forum Silaturahmi Bandar dan Pedagang Sapi Potong Jawa Barat, Yayat Sumirat di sela-sela dengar pendapat di Kantor Industri dan Perdagangan Jabar, Jumat (14/12).

Kekurangan pasokan ke RPH itu membuat pedagang daging sapi turun omzet dan merugi. Sejumlah pedagang daging sapi, kata Yayat saat ini sudah ada yang berhenti berjualan karena sulitnya pasokan sapi potong. Bila kondisi ini berlangsung, kata dia, maka tidak menutup kemungkinan akan membangkrutkan sebagian pedagang sapi di Jabar.

"Kami tidak main-main untuk mogok berjualan, juga pedagang turunannya seperti pembuat bakso," kata Yayat.  Kelangkaan sapi potong dalam dua bulan terakhir ini sangat meresahkan pedagang daging sapi, terutama saat menghadapi peningkatan permintaan untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru.

Selain itu, para pedagang daging sapi juga mensinyalir ada permainan dan pemodal baru yang 'bermain' dalam perdagangan sapi sehingga mengakibatkan stok sapi di Jabar kurang. Mungkin, ujar Yayat, ada pemodal yang punya dana besar beralih profesi jadi dagang sapi sehingga pasokan sapi mereka ambil.

Dalam dengar pendapat itu, para pedagang sapi menyampaikan data-data di lapangan terkait kelangkaan pasokan sapi potong dan menyampaikan sejumlah pedagang sapi yang telah gulung tikar.

"Akhir tahun ini menjadi saat-saat paling buruk bagi pedagang sapi di Jabar, bayangkan saja harga daging sapi saat ini berkisar di atas Rp75 ribuan, itu jarang terjadi selain di bulan puasa dan Lebaran," tutup Yayat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement