REPUBLIKA.CO.ID,  CIREBON -– Sejumlah peternak unggas jenis itik di Kabupaten Cirebon mengeluhkan penyebaran virus pada itik peliharaan mereka. Selain menyebabkan kematian, virus tersebut juga menyebabkan produktivitas itik petelur berkurang drastis.

‘’Kami menyebut virus ini dengan nama virus Koly,’’ ujar seorang peternak itik asal Desa Kroya, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Nurohim, Kamis (13/12).

Nurohim mengatakan, virus tersebut menyerang itiknya sejak tiga hari yang lalu. Akibat serangan virus tersebut, itik peliharaannya tiba-tiba menjadi lemas dan mati. Nurohim mengaku memiliki 1.500 ekor itik. Sejak tiga hari yang lalu, itiknya yang mati terserang virus tersebut mencapai sekitar lima persennya.

Selain menyebabkan kematian, lanjut Nurohim, produktivitas itik dalam bertelur pun menurun drastis. Dalam kondisi normal, itik-titiknya bisa menghasilkan telur sebanyak 900 butir per hari. Namun sekarang,telur yang dihasilkan hanya sekitar 200 butir per hari.

Nurohim mengungkapkan, serangan virus tersebut baru kali ini dialami itik-itik peliharaannya. Dia menduga, virus tersebut kemungkinan ditularkan oleh itik dari Jawa Tengah, yang dibawanya untuk dikawinkan dengan itik peliharaannya. ‘’Atau yang mungkin juga virus ini menyebar akibat perubahan cuaca,’’ tutur Nurohim.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Ali Effendi, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya kematian itik tersebut. ‘’Saya sudah melihat langsung ke sana,’’ kata Ali.

Ali menjelaskan, selain faktor cuaca, penyebab kematian dan berkurangnya produktivitas itik petelur tersebut bisa terjadi karena lingkungan dan sanitasi yang tidak bersih. ‘’Dalam kondisi seperti itu, virus dapat menyebar dengan cepat,’’ tegas Ali.

Karena itu, Ali sudah mengimbau kepada peternak untuk selalu menjaga kebersihan kandang dan makanan ternak mereka. Selain itu, jajarannya pun akan segera melakukan desinfektan terhadap kandang-kandang itik di wilayah Kabupaten Cirebon.

Ikuti Whatsapp Channel Republika