REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta bisa menjadi andalan transportasi massal. Namun harus dipenuhi persyaratannya yakni jumlah bus harus dicukupi sesuai permintaan penumpang, sterilisasi jalur, dan perluasan halte.
Dia membenarkan busway yang ada saat ini sudah tidak layak pakai karena sudah berusia tujuh tahun. Karena itu, dia berharap dewan menyetujui pengadaan total 800 busway untuk tahun depan.
Sementara, peninggian separator busway terus digarap sebagai upaya sterilisasi jalur dari kendaraan pribadi. Sedangkan, dia berharap dengan perluasan halte Transjakarta maka tidak busway yang mengantri. "Busway belakang bisa nyalip. Itu perlu," ujarnya, Kamis (13/12).
Meski BRT bisa dijadikan andalan, Jokowi mengatakan, grand desain persoalan kemacetan Jakarta adalah dengan mengintegrasi semua angkutan publik. Dia mengatakan seluruh moda transportasi yang ada terkoneksi sehingga semuanya terhubungkan.
Sebab, dia mengaku sudah mempunyai master desain transportasi Jakarta. Integrasi tersebut yaitu menghubungkan MRT dengan monorel, monorel dengan kereta api, kereta api dengan busway, busway dengan metromini maupun kopaja dengan mikrolet bahkan jika diperlukan dengan ojek.
Untuk itulah, dia mengaku pihaknya selalu bertemu dan berkomunikasi dengan Dirut KAI dan Kementrian Perhubungan. Sebab, pemprov DKI Jakarta ingin mengkoneksikan hal tersebut. Menurutnya, tanpa adanya komunikasi pemecahan permasalahan kemacetan tidak akan ketemu.
Pantauan Republika di lapangan, peninggian separator busway telah dilakukan di sepanjang jalan Mampang Prapatan. Namun, kendaraan pribadi yang umumnya roda dua masih bisa menerobos jalur tersebut. Bahkan, juga kendaraan roda empat. Akibatnya, di beberapa titik lampu merah busway ikut mengantre di belakang kendaraan yang menerobos jalur busway.