REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bio Farma melakukan percepatan penilitan dan pengembangan vaksin H5N1 (vaksin flu burung) dalam waktu lima tahun dari yang seharusnya 15 tahun. “Kami dapat melakukan percepatan riset dan pengembangan, dari yang seharusnya 15 tahun menjadi siap hanya dalam waktu lima tahun” kata Direktur Produksi Bio Farma, Mahendra Suhardono.
Saat ini kemampuan Bio Farma untuk memproduksi vaksin H5N1 untuk manusia berkisar antara 5000 sampai 10.000 dosis per tahun. Angka ini masih jauh dari harapan yang diminta badan kesehatan dunia (WHO). Setiap negara paling tidak harus menyediakan vaksin H5N1 untuk 10 persen dari jumlah penduduknya. Ini berarti Indonesia memerlukan sekitar 24 juta dosis vaksin untuk mengendalikan penyebaran virus flu burung. “Vaksin yang dibuat oleh produsen manapun harus diproduksi dalam skala yang besar, karena memang vaksin dibuat untuk kesehatan semua orang,” kata Dr Akira Homma.
Negara-negara berkembang pembuat vaksin, India, Vietnam, Thailand, dan Brazil, telah mncapai progres pada tahap uji klinis. Bahkan vaksin influenza produksi India telah mendapat perkualifikasi WHO. Menurut Erin Sparrow, Project Officer Technology Transfer Initiatives, Information, Evidence and Research Who, cara untuk mencegah terjadinya pandemik adalah dengan membuat vaksin untuk mencegah ancaman penyebaran virus H5N1. (adv)