Senin 10 Dec 2012 18:10 WIB

Ratusan Kucing Liar Dikebiri di Jakbar

Petugas menangkap kucing liar yang berkeliaran di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (21/2). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Petugas menangkap kucing liar yang berkeliaran di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (21/2). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat telah mengebiri ratusan kucing liar yang berkeliaran di rumah sakit, terminal dan pemukiman penduduk di ibu kota.

Kepala Suku Dinas (Sudin) Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat Ir Eviatiy, Senin mengatakan, untuk membatasi populasi kucing liar, pihaknya terpaksa mengebiri kucing liar berkelamin betina maupun jantan. "Kucing merupakan salah satu hewan penular rabies sulit dikendalikan karena sebagian besar liar," kata Eviaty.

Kucing liar yang ditangkap dari jenis kucing kampung, kata Eviaty, kucing betina diambil sel telurnya (ovasektomi) atau sterilisasi, sedangkan kucing jantan diambil tekstikelnya. "Selain untuk membatasi populasi dan mencegah timbulnya rabies," katanya.

Menurut Eviaty, populasi kucing sangat cepat, setiap kucing berusia 8 bulan bisa melahirkan 2 sampai 3 kali dalam setahun. Jika setiap melahirkan 4 anak maka setahun satu induk bisa mencapai 12 ekor. Melimpahnya kucing liar sering kali mendapat perlakuan keji, dari manusia, dipukul, dilempari batu, ditendang bahkan disiram air panas.

"Binatang ini padahal hanya untuk mencari makanan karena tidak ada yang memberinya makan," katanya.

Kucing liar yang disterilisasi, sebelumnya disuntik bius, dalam waktu 3 sampai 5 menit kucing lemas tidak siuman (pingsan), ditempatkan khusus untuk operasi, keempat kakinya diikat, kemudian dilakukan pencukuran bulu diantara yang akan dioperasi. "15 sampai 20 menit operasi selesai dilakukan," kata Eviaty.

Setelah bulu kucing dan tubuhnya dibersihkan, pada matanya diberikan obat mata. Bahayanya kucing bukan hanya menimbulkan rabies, tapi juga bulu yang menempel dekat dubur dapat menggugurkan kehamilan bagi wanita karena kotoran yang tersisa di bulu kucing. "Jadi bukan karena semua bulu kucing berbahaya," tegasnya

Sterilisasi ini, menurut Eviaty, merupakan kerja sama dengan persatuan Dokter Hewan Indonesia, dipimpin drh Asentina Panggabean dengan mngerahkan 15 dokter hewan dan 5 para medis ini sekaligus juga menyuntikan vaksin rabies agar mencegah terjadinya rabies baik terhadap hewan atau orang yang tergigit.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement