Kamis 06 Dec 2012 19:37 WIB

Temuan Uang Palsu di Bali Meningkat Tiga Bulan Ini

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Dewi Mardiani
Uang palsu, ilustrasi
Foto: Antara
Uang palsu, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bertransaksi di Bali mesti lebih waspada, terutama saat menerima pembayaran dari orang yang gelagatnya mencurigakan. Karena kerap terjadi sang pembeli justru membayar barang yang dibeli menggunakan uang palsu.

"Saya kena tipu juga, pembelinya bayar pakai uang seratusan ribu palsu," kata Evi, Kamis (6/12), karyawan sebuah toko pakaian di kawasan Monang Maning, Denpasar Barat.

Evi mengemukakan, pengguna uang palsu biasanya membeli dagangan dalam jumlah yang banyak, terutama saat toko ramai pengunjung dan pembelinya menyelipkan satu atau dua lembar uang palsu dalam pembayarannya. Karena mengurus banyak pembeli, jadi dia tidak konsentrasi pada uang yang diterimanya dan tidak mengira akan ada yang membayar dengan uang palsu.

Sementara itu, Peneliti Ekonomi Madya Bank Indonesia Denpasar, Sunarto, mengatakan belakangan temuan uang palsu di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali dan Nusa Tenggara) meang meningkat. Pada triwulan lalu, penemuan uang palsu tercatat 633 lembar, meningkat 13,43 persen dalam triwulan kali ini yang tercatat 718 lembar.

"Uang palsu yang ditemukan itu sebagian besar pecahan besar yakni uang kertas Rp 100.000-an, masing-masing 91,36 persen dan 6,82 persen sisanya Rp50.000-an," katanya.

Menurut Sunarto, uang palsu untuk jenis pecahan kecil jarang ditemukan. Sedangkan untuk mengurangi peredaran uang palsu di Bali, petugas terus berupaya untuk memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian nilai rupiah kepada masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement